Bogor (ANTARA News) - Akademi Ilmuan Muda Indonesia (ALMI) mendorong terciptanya perangai ilmiah menjadi budaya, salah satu upaya yang dapat menangkal hoax (berita bohong).

"Kenapa di Indonesia banyak hoax, karena belum tercipta perangi ilmiahnya," kata Dr Berry Juliandi, anggota ALMI dalam penutupan program mentoring Jurnalis Sains SISJ 2018, di kantor AIPI, Jakarta, Minggu.

Berry mengatakan mendorong terciptanya perangai ilmiah atau "scientific temper" merupakan satu dari empat misi yang diemban oleh ALMI.

Perangai ilmiah menurut Berry, merupakan kemampuan mendengar, seorang peneliti tidak selamanya benar. Kebanyakan dari orang merasa benar, sendikit mendengar, kebanyakan berbicara.

"Perangai ilmiah itu melatih seseorang untuk mengumpulkan data dan menegcek sebelum disebarkan ke orang lain," katanya.

Berry menambahkan kemampuan mencari informasi dan memverifikasi informasi tersebut merupakan bagian dari perangai ilmiah.

Menurut Suharyo Sumowidagdo anggota ALMI lainnya, perangai ilmiah penting bagi seluruh warga negara bukan untuk ilmuan saja.

Salah satu tokoh besar India Jawaharlal Nehru yang mengenalkan istilah perangai ilmiah atau scientific temper. Perangai ilmiah dijabarkan sebagai perangan berpetualang guna menggali kebenaran dan pengetahuan.

Perangai ilmiah melibatkan sikap keterbukaan seseorang untuk berani mengubah pendapat lamanya berdasarkan bukti baru, menolak menerima gagasan tanpa pembuktian, berpijak pada fakta yang dapat teramati, dan memiliki kedisiplinan menggunakan akal.

"Nehru berpendapat perangai ilmiah diperlukan manusia dalam kehidupan sehari-hari guna menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Bahkan, tiap warga negara memerlukan perangai ilmiah guna berbangsa," kata Suharyo.

Sebanyak 13 wartawan dari media cetak dan online di berbagai daerah di Indonesia mengikuti Program mentoring jurnalis sains yang diselenggarakan oleh Society of Indonesia Science Journalists (SISJ).