Pekanbaru (ANTARA News) - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau berhasil menembak bius harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) bernama Bonita yang diduga menyebabkan dua warga kabupaten Indragiri Hilir meninggal dunia.

"Sudah berhasil terbius, baru saja. Sekitar pukul 20.00 WIB tadi," kata Kepala BBKSDA Riau, Suharyono kepada Antara di Pekanbaru, Jumat malam.

Ia menjelaskan, lokasi pembiusan Bonita berada di areal perkebunan sawit PT Tabung Haji Indo Plantation (THIP) Desa Tanjung Simpang Kecamatan Pelangiran Kabupaten Indragiri Hilir.

"Lokasi tepatnya di dekat box trap (perangkap harimau yang dipasang BKSDA) 3 dan 4, jalan poros tengah (perkebunan sawit) eboni," katanya.

Suharyono menjelaskan Bonita, harimau Sumatera betina berusia 4 tahun tersebut tertidur tidak lama setelah ditembak dengan bius. Namun hingga berita ini diturunkan, belum ada tim yang berani mendekat si raja rimba itu hingga benar-benar dipastikan dalam keadaan pingsan.

"Bius langsung bereaksi. Saat dia (Bonita) jalan pelan-pelan kemudian tertidur. Tadi belum ada yang berani mendekat," tuturnya.

Namun, dia memastikan pihaknya akan segera melakukan observasi sesaat setelah berhasil mendekati si kucing besar itu. Jika kondisi kesehatan Bonita memungkinkan, lanjutnya, harimau tersebut akan langsung direlokasi ke Pusat Rehabilitasi Harimau di Sumatera Barat.

"Yang jelas tidak dibawa ke Pekanbaru. Kami akan bawa ke Dharmasaraya Sumbar. KenApa di sana, karena peralatan dan tim lebih lengkap dan siap di sana," tuturnya.

Bonita, harimau sumatera betina yang diperkirakan berusia 4 tahun dalam dua bulan terakhir berkeliaran di areal pemukiman warga dan perkebunan sawit PT THIP.

Jumiati, menjadi korban pertama yang meninggal pada awal Januari 2018. Perempuan berusia 33 tahun tersebut diserang Bonita saat bekerja di KCB 76 Blok 10 Afdeling IV Eboni State, Desa Tanjung Simpang, Pelangiran, Indragiri Hilir.

Terakhir, Yusri Efendi (34) meregang nyawa di desa yang sama, namun berjarak sekitar 15 kilometer dari lokasi tewasnya Jumiati.

Dua kejadian diatas berakibat pada kemarahan warga. Awal pekan ini, seKitar 500 warga menggelar aksi mendesak agar satwa itu segera ditangkap dan direlokasi. Warga memberi ultimatum agar penangkapan dilakukan dalam waktu tujuh hari, atau mereka akan menangkap dan menghabisi Bonita.

Sebenarnya, pasca insiden pertama, tim BBKSDA Riau telah diturunkan untuk menangkap dan menyelamatkan harimau tersebut. Tim tersebut terdiri dari TNI, Polisi dan sejumlah pegiat satwa dilindungi.

10 perangkap juga telah dipasang. Perangkap-perangkap berbentuk kotak berisi kambing jantan dan babi hutan menyebar di sekitar lokasi itu.

Begitu juga kamera pengintai, yang dipasang di setiap sudut dimana perangkap itu berada. Namun, upaya itu belum membuahkan hasil sebelum berhasil ditembak bius malam ini.