RI mampu jadi pusat pertumbuhan industri petrokimia
16 Maret 2018 20:15 WIB
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menerima Delegasi Siam Cement Group (SCG) yang dipimpin oleh President & CEO SCG, Roongrote Rangsiyopash di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Jumat (16/3/2018). (ANTARA News/ Biro Humas Kementerian Perindustrian)
Jakarta (ANTARA News) - Indonesia berpotensi menjadi pusat pertumbuhan industri petrokimia dan bisa lebih kompetitif di tingkat Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dengan semakin meningkatnya investasi dan ekspansi dari sejumlah produsen di dalam negeri.
Salah satunya bakal direalisasikan oleh manufaktur besar Thailand, Siam Cement Group (SCG), yang berencana membangun fasilitas produksi nafta cracker senilai 5,5 miliar dolar AS atau setara Rp75 triliun di Cilegon, Banten.
“Ini menunjukkan bahwa Indonesia masih menjadi negara tujuan investasi seiring upaya pemerintah yang terus menciptakan iklim usaha kondusif. Nilai investasi ini merupakan salah satu yang terbesar di Indonesia dan bagi SCG sendiri,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.
Airlangga menyampaikan hal itu usai bertemu dengan Delegasi SCG yang dipimpin President & CEO SCG, Roongrote Rangsiyopash di Jakarta.
Kemarin, Delegasi SCG telah melakukan pertemuan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara untuk melaporkan perkembangan investasi di sektor industri petrokimia tersebut.
Menurut Airlangga, progres proyek SCG itu sudah pada tahap desain pabrik yang akan membutuhkan waktu 8-9 bulan dan ditargetkan bisa beroperasi pada tahun 2021 atau 2022.
“Investasi SCG kali ini merupakan bentuk kerja sama dengan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. SCG selaku pemegang saham strategis di Chandra Asri, punya teknologi dan funding yang mumpuni. Apalagi, Chandra Asri juga akan ekspansi,” paparnya.
Menperin menyebutkan, pabrik petrokimia yang akan segera dibangun ini akan memiliki kapasitas produksi dua kali lipat dari pabrik yang sudah eksisting di Cilegon, yakni sekitar 1,2 juta ton per tahun.
Pabrik baru itu, dinilainya, selain menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan nilai tambah, hasil produksinya nanti juga untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.
“Produksinya itu akan lengkap, mulai dari nafta cracker, ethylene dan propylene, hingga polyethylene dan polypropylene," tutur Airlangga.
Kementerian Perindustrian mencatat, nafta cracker dari produksi industri nasional sebanyak 900 ribu ton per tahun, sementara permintaan dalam negeri mencapai 1,6 juta ton.
Sedangkan, Singapura sudah memproduksi 3,8 juta ton dan Thailand 5 juta ton per tahun.
Untuk itu, lanjut Menperin, pemerintah memberikan apresiasi terhadap investasi SCG tersebut dan akan berupaya memfasilitasi pemberian tax holiday.
Insentif pajak tersebut akan diberikan dengan pertimbangan nilai investasi yang cukup besar serta dapat menghemat devisa negara karena hasil produksinya untuk substitusi bahan baku impor.
Sebelumnya, Roongrote Rangsiyopash menyampaikan, pihaknya telah memilih Indonesia sebagai salah satu destinasi investasi terbesarnya di kawasan ASEAN.
Keyakinannya itu karena pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini semakin membaik dengan didukung berbagai kebijakan pemerintah untuk memberi kemudahan berusaha bagi para investor.
“Kami sampaikan, kami sangat senang dengan ekonomi Indonesia yang baik yang juga diiringi dengan peraturan yang mendukung dan situasi politik yang stabil," ungkapnya.
Bahkan, dirinya juga mengklaim upaya yang dilakukan perusahaan saat ini telah sejalan dengan keinginan Pemerintah Indonesia untuk mempercepat pembangunan industri di Indonesia, khususnya sektor petrokimia.
"Kami senang ternyata Presiden Jokowi juga sangat memberikan perhatian penuh," katanya menambahkan.
Salah satunya bakal direalisasikan oleh manufaktur besar Thailand, Siam Cement Group (SCG), yang berencana membangun fasilitas produksi nafta cracker senilai 5,5 miliar dolar AS atau setara Rp75 triliun di Cilegon, Banten.
“Ini menunjukkan bahwa Indonesia masih menjadi negara tujuan investasi seiring upaya pemerintah yang terus menciptakan iklim usaha kondusif. Nilai investasi ini merupakan salah satu yang terbesar di Indonesia dan bagi SCG sendiri,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.
Airlangga menyampaikan hal itu usai bertemu dengan Delegasi SCG yang dipimpin President & CEO SCG, Roongrote Rangsiyopash di Jakarta.
Kemarin, Delegasi SCG telah melakukan pertemuan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara untuk melaporkan perkembangan investasi di sektor industri petrokimia tersebut.
Menurut Airlangga, progres proyek SCG itu sudah pada tahap desain pabrik yang akan membutuhkan waktu 8-9 bulan dan ditargetkan bisa beroperasi pada tahun 2021 atau 2022.
“Investasi SCG kali ini merupakan bentuk kerja sama dengan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. SCG selaku pemegang saham strategis di Chandra Asri, punya teknologi dan funding yang mumpuni. Apalagi, Chandra Asri juga akan ekspansi,” paparnya.
Menperin menyebutkan, pabrik petrokimia yang akan segera dibangun ini akan memiliki kapasitas produksi dua kali lipat dari pabrik yang sudah eksisting di Cilegon, yakni sekitar 1,2 juta ton per tahun.
Pabrik baru itu, dinilainya, selain menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan nilai tambah, hasil produksinya nanti juga untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.
“Produksinya itu akan lengkap, mulai dari nafta cracker, ethylene dan propylene, hingga polyethylene dan polypropylene," tutur Airlangga.
Kementerian Perindustrian mencatat, nafta cracker dari produksi industri nasional sebanyak 900 ribu ton per tahun, sementara permintaan dalam negeri mencapai 1,6 juta ton.
Sedangkan, Singapura sudah memproduksi 3,8 juta ton dan Thailand 5 juta ton per tahun.
Untuk itu, lanjut Menperin, pemerintah memberikan apresiasi terhadap investasi SCG tersebut dan akan berupaya memfasilitasi pemberian tax holiday.
Insentif pajak tersebut akan diberikan dengan pertimbangan nilai investasi yang cukup besar serta dapat menghemat devisa negara karena hasil produksinya untuk substitusi bahan baku impor.
Sebelumnya, Roongrote Rangsiyopash menyampaikan, pihaknya telah memilih Indonesia sebagai salah satu destinasi investasi terbesarnya di kawasan ASEAN.
Keyakinannya itu karena pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini semakin membaik dengan didukung berbagai kebijakan pemerintah untuk memberi kemudahan berusaha bagi para investor.
“Kami sampaikan, kami sangat senang dengan ekonomi Indonesia yang baik yang juga diiringi dengan peraturan yang mendukung dan situasi politik yang stabil," ungkapnya.
Bahkan, dirinya juga mengklaim upaya yang dilakukan perusahaan saat ini telah sejalan dengan keinginan Pemerintah Indonesia untuk mempercepat pembangunan industri di Indonesia, khususnya sektor petrokimia.
"Kami senang ternyata Presiden Jokowi juga sangat memberikan perhatian penuh," katanya menambahkan.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2018
Tags: