Jakarta (ANTARA News) - Informasi mengenai peredaran telur palsu, yang disertai video proses pembuatannya, telah meredar luas di media sosial beberapa waktu lalu, dan tidak sedikit warga yang percaya mengenai hal itu.

Menanggapi hal itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memastikan bahwa informasi itu bohong alias tidak benar atau hoax.

"Itu `hoax`," kata Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan Olahan BPOM Suratmono saat dihubungi dari Jakarta, Jumat.

Dia mengajak masyarakat untuk teliti terhadap posting-an di media sosial dan dunia maya.

Terlebih terdapat indikasi jika informasi di media sosial yang viral itu ada unsur manipulasi fakta.

Pihak Kementerian Pertanian juga sudah mengeluarkan pernyataan bahwa peredaran telur palsu sulit diterima logika karena memerlukan teknologi tinggi jika memang benar telur bisa dipalsukan.

Sementara itu, Dr Denny Widaya Lukman, dosen Program Magister Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, sempat memberi klarifikasi kepada publik terkait telur palsu.

"Sampai detik ini belum ada teknologi manusia yang dapat membuat kulit telur ayam dan isinya," kata dia.

Jika ada telur yang terindikasi palsu, kata dia, sebaiknya diteliti lebih lanjut sebelum menyimpulkan.

Jika telur nampak tidak pada lazimnya telur, lanjut dia, kemungkinan berumur lama bisa jadi lebih dari empat minggu.

Dia mengatakan telur yang sudah lama disimpan menyebabkan putih telur menjadi relatif lebih encer dan kuning telur yang relatif jadi lebih lunak karena kekentalannya menurun.

"Jadi kalau ada yang bilang telur palsu, jangan langsung percaya... Jadilah konsumen yang cerdas dan bijak," kata dia.