Inilah dia, ogoh-ogoh "jaman now"
15 Maret 2018 13:41 WIB
Dokumentasi sejumlah pemuda mengarak ogoh-ogoh atau boneka raksasa yang melambangkan sifat-sifat buruk dalam Festival Ogoh-Ogoh 2015 menjelang Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1937 di Desa Tegallalang, Gianyar, Bali, Kamis (19/3). Parade Ogoh-Ogoh tersebut untuk menetralisir kekuatan negatif dan sifat buruk sehingga Hari Raya Nyepi dapat dilaksanakan dengan penuh keheningan dan kedamaian. (ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana)
Denpasar (ANTARA News) - Inovasi selalu terjadi dan terjadi, termasuk pada bidang keagamaan dan tradisi budaya. Kini, Sejumlah warga yang tergabung dalam Sekeha Teruna (Kelompok Pemuda) Dharma Laksana, Banjar Kaja Panjer, Kota Denpasar, Bali, membuat ogoh-ogoh (boneka raksasa berkepribadian Bhuta Kala) "jaman now".
Ogoh-ogoh selalu dibuat saban menghadapi Hari Suci Penyepian, atau yang biasa disebut Nyepi. Dengan sentuhan seni yang tinggi, ogoh-ogoh itu juga dapat diklasifikasikan sebagai benda seni yang mengagumkan.
Semakin mengagumkan, saat ogoh-ogoh itu dapat digerakkan dengan menggunakan koneksi internet. Jadi, ogoh-ogoh "jaman now" itu tidak statis, melainkan dinamis karena ada muatan teknologi di dalam tubuhnya.
"Untuk menyambut Nyepi tahun ini mampu digerakkan secara daring/online dengan menggunakan fitur google assistant yang terpasang pada ponsel pintar," ujar perancang sistem itu, Made Dwi Krisna, di Denpasar, Kamis.
Krisna mengatakan, ogoh-ogoh berjudul Siwa Sarabha itu dapat menerima perintah suara yang dikirimkan operator ogoh-ogoh dengan fitur google assistant dengan menggunakan ponsel pintar, kemudian ogoh-ogoh menerjemahkan perintah itu menjadi gerakan.
"Saya merakit komponen-komponen yang ada dalam ogoh-ogoh seperti alat penerima dan pengolah pesan modem nirkabel, ethernet shield, relay, arduino, dan dimmers sekitar dua minggu," katanya.
Krisna menjelaskan, cara pengoperasian ogoh-ogoh berteknologi internet itu adalah menghubungkan ogoh-ogoh dan ponsel pintar dengan koneksi internet. Setelah itu, operator membuka fitur google assistant dalam ponsel pintar dengan memberikan perintah suara.
Setelah itu, suara diolah oleh komponen yang ada di dalam ogoh-ogoh dan kemudian ogoh-ogoh dapat bergerak sesuai dengan perintah yang diberikan.
Di dalam ogoh-ogoh juga terdapat alat hidrolik dan baling-baling pesawat terbang nirawak yang berfungsi sebagai penggerak bagian ogoh-ogoh.
Dia menambahkan, ogoh-ogoh yang menghabiskan dana pembuatan sekitar Rp25 juta itu, tidak dapat diikutkan lomba ogoh-ogoh tingkat Kota Denpasar dan dibuat hanya untuk menyalurkan kreativitas dan inovasi pemuda di wilayah Banjar Kaja Panjer.
"Kami sudah menang lomba ogoh-ogoh dua tahun berturut-turut. Ada aturan kalau sudah menang dua kali, tidak dapat ikut lomba lagi selama dua tahun. Tapi kami membuktikan kalau kami tetap berinovasi dalam membuat ogoh-ogoh," ujar Made Dwi Krisna.
Sebelumnya, Sekeha Teruna Dharma Laksana juga rutin menambahkan inovasi teknologi dalam pembuatan ogoh-ogoh setiap menjelang Hari Raya Nyepi.
"Dua tahun lalu kami membuat ogoh-ogoh yang digerakkan dengan koneksi bluetooth. Tahun lalu, ogoh-ogoh kami dapat bergerak dengan sensor frekuensi suara. Tahun ini kami membuat ogoh-ogoh yang bisa bergerak dengan koneksi internet," ujar Krisna.
Ogoh-ogoh selalu dibuat saban menghadapi Hari Suci Penyepian, atau yang biasa disebut Nyepi. Dengan sentuhan seni yang tinggi, ogoh-ogoh itu juga dapat diklasifikasikan sebagai benda seni yang mengagumkan.
Semakin mengagumkan, saat ogoh-ogoh itu dapat digerakkan dengan menggunakan koneksi internet. Jadi, ogoh-ogoh "jaman now" itu tidak statis, melainkan dinamis karena ada muatan teknologi di dalam tubuhnya.
"Untuk menyambut Nyepi tahun ini mampu digerakkan secara daring/online dengan menggunakan fitur google assistant yang terpasang pada ponsel pintar," ujar perancang sistem itu, Made Dwi Krisna, di Denpasar, Kamis.
Krisna mengatakan, ogoh-ogoh berjudul Siwa Sarabha itu dapat menerima perintah suara yang dikirimkan operator ogoh-ogoh dengan fitur google assistant dengan menggunakan ponsel pintar, kemudian ogoh-ogoh menerjemahkan perintah itu menjadi gerakan.
"Saya merakit komponen-komponen yang ada dalam ogoh-ogoh seperti alat penerima dan pengolah pesan modem nirkabel, ethernet shield, relay, arduino, dan dimmers sekitar dua minggu," katanya.
Krisna menjelaskan, cara pengoperasian ogoh-ogoh berteknologi internet itu adalah menghubungkan ogoh-ogoh dan ponsel pintar dengan koneksi internet. Setelah itu, operator membuka fitur google assistant dalam ponsel pintar dengan memberikan perintah suara.
Setelah itu, suara diolah oleh komponen yang ada di dalam ogoh-ogoh dan kemudian ogoh-ogoh dapat bergerak sesuai dengan perintah yang diberikan.
Di dalam ogoh-ogoh juga terdapat alat hidrolik dan baling-baling pesawat terbang nirawak yang berfungsi sebagai penggerak bagian ogoh-ogoh.
Dia menambahkan, ogoh-ogoh yang menghabiskan dana pembuatan sekitar Rp25 juta itu, tidak dapat diikutkan lomba ogoh-ogoh tingkat Kota Denpasar dan dibuat hanya untuk menyalurkan kreativitas dan inovasi pemuda di wilayah Banjar Kaja Panjer.
"Kami sudah menang lomba ogoh-ogoh dua tahun berturut-turut. Ada aturan kalau sudah menang dua kali, tidak dapat ikut lomba lagi selama dua tahun. Tapi kami membuktikan kalau kami tetap berinovasi dalam membuat ogoh-ogoh," ujar Made Dwi Krisna.
Sebelumnya, Sekeha Teruna Dharma Laksana juga rutin menambahkan inovasi teknologi dalam pembuatan ogoh-ogoh setiap menjelang Hari Raya Nyepi.
"Dua tahun lalu kami membuat ogoh-ogoh yang digerakkan dengan koneksi bluetooth. Tahun lalu, ogoh-ogoh kami dapat bergerak dengan sensor frekuensi suara. Tahun ini kami membuat ogoh-ogoh yang bisa bergerak dengan koneksi internet," ujar Krisna.
Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018
Tags: