Hamas mulai selidiki pemboman terhadap rombongan pm palestina
15 Maret 2018 08:06 WIB
Seorang wanita Palestina menunggu kerabatnya kembali ke Gaza setelah Otoritas Mesir membuka perbatasan Rafah selama satu hari, di selatan Jalur Gaza, Senin (19/2/2018). (REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa)
Kota Gaza (ANTARA News) - Kementerian Dalam Negeri di Jalur Gaza, yang dikuasai HAMAS, pada Rabu (14/3) melancarkan penyelidikan mengenai serangan bom yang ditujukan kepada rombongan Perdana Menteri Palestina Rami Hamdallah di Jalur Gaza pada Selasa.
Kementerian tersebut mengatakan di dalam satu pernyataan singkat bahwa kementerian itu telah membentuk tim penyelidik pada tingkat tertinggi guna mengetahui kondisi seputar upaya pembunuhan yang gagal tersebut, yang melukai enam pengawal Hamdallah.
Dinas keamanan sedang memeriksa sejumlah tersangka, tambah pernyataan itu, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi.
Pada Selasa, ledakan menghantam rombongan Perdana Menteri Palestina selama kunjungan langkanya ke Jalur Gaza, yang menghadapi blokade Israel. Ledakan tersebut terjadi tak lama setelah rombongan Hamdallah memasuk Jalur Gaza.
Hamdallah, yang disertai oleh Kepala Dinas Intelijen Palestina Majid Faraj, mengunjungi Jalur Gaza untuk mengawasi pembukaan instalasi desalinasi di sana.
Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS) mengutuk serangan tersebut, dan mengatakan itu dimaksudkan untuk merusaka upaya guna mencapai perujukannya dengan faksi Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Fatah.
Masih pada Selasa, Juru Bicara Abbas, Nabil Abu Rudeinah, menyalahkan HAMAS atas serangan tersebut, dan mencapnya sebagai
"serangan terhadap rakyat Palestina".
Pada Oktober lalu, HAMAS dan Fatah menandatangani kesepakatan perujukan yang ditaja Mesir di Kairo guna menyelesaikan mereka, yang telah berlangsung selama satu dasawarsa. HAMAS telah menguasai Jalur Gaza sejak 2007, setelah mendepak pasukan yang setia kepada Abbas.
Berdasarkan kesepakatan itu, HAMAS mesti sepenuhnya menyerahkan kekuasaan di Jalur Gaza kepada Pemerintah Konsensus, yang dipimpin Hamdallah, pada Desember.
Namun, silang-pendapat yang ada antara kedua pihak memaksa ditundanya pelaksanaan kesepatan tersebut sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Baca juga: Israel gempur Gaza setelah serangan roket baru
Kementerian tersebut mengatakan di dalam satu pernyataan singkat bahwa kementerian itu telah membentuk tim penyelidik pada tingkat tertinggi guna mengetahui kondisi seputar upaya pembunuhan yang gagal tersebut, yang melukai enam pengawal Hamdallah.
Dinas keamanan sedang memeriksa sejumlah tersangka, tambah pernyataan itu, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi.
Pada Selasa, ledakan menghantam rombongan Perdana Menteri Palestina selama kunjungan langkanya ke Jalur Gaza, yang menghadapi blokade Israel. Ledakan tersebut terjadi tak lama setelah rombongan Hamdallah memasuk Jalur Gaza.
Hamdallah, yang disertai oleh Kepala Dinas Intelijen Palestina Majid Faraj, mengunjungi Jalur Gaza untuk mengawasi pembukaan instalasi desalinasi di sana.
Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS) mengutuk serangan tersebut, dan mengatakan itu dimaksudkan untuk merusaka upaya guna mencapai perujukannya dengan faksi Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Fatah.
Masih pada Selasa, Juru Bicara Abbas, Nabil Abu Rudeinah, menyalahkan HAMAS atas serangan tersebut, dan mencapnya sebagai
"serangan terhadap rakyat Palestina".
Pada Oktober lalu, HAMAS dan Fatah menandatangani kesepakatan perujukan yang ditaja Mesir di Kairo guna menyelesaikan mereka, yang telah berlangsung selama satu dasawarsa. HAMAS telah menguasai Jalur Gaza sejak 2007, setelah mendepak pasukan yang setia kepada Abbas.
Berdasarkan kesepakatan itu, HAMAS mesti sepenuhnya menyerahkan kekuasaan di Jalur Gaza kepada Pemerintah Konsensus, yang dipimpin Hamdallah, pada Desember.
Namun, silang-pendapat yang ada antara kedua pihak memaksa ditundanya pelaksanaan kesepatan tersebut sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Baca juga: Israel gempur Gaza setelah serangan roket baru
Pewarta: Chaidar Abdullah
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018
Tags: