Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan potensi pariwisata di Provinsi Maluku Utara sangat besar karena didukung oleh kekayaan alam, tingkat kebudayaan dan kesenian yang tinggi.

"Berarti kalau ada wisatawan mancanegara yang datang ke sana mereka akan merasa bahagia. Ini bagus, memang pariwisata di Maluku Utara sangat indah," kata Menpar Arief Yahya melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.

Menpar saat peluncuran Kalender Kegiatan Maluku Utara 2018 di Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata, mengatakan hal tersebut terlihat dari hasil survei Badan Pusat Statistik yang menyebutkan bahwa Provinsi Maluku Utara menempati urutan teratas Indeks Kebahagiaan 2017 dengan skor 75,68.

Untuk menarik jumlah kunjungan wisman dibutuhkan pengembangan pariwisata berstandar internasional.

Namun sayangnya, pengembangan sektor pariwisata berstandar internasional membutuhkan investasi besar dan jangka waktu yang lama.

Menpar mencontohkan, untuk menjadikan suatu daerah sebagai destinasi kelas dunia, salah satunya wajib memiliki bandara internasional, yang tentunya pembangunannya cukup mahal dan bertahun-tahun.

Morotai Maluku Utara merupakan salah satu dari 10 Destinasi Pariwisata Prioritas dengan atraksi utama wisata bahari. Saat ini sedang dibangun berbagai fasilitas pendukung, seperti pengembangan bandara, pengerasan dan pelebaran landasan dari 2.400x30 meter menjadi 2.400x45 meter.

Gedung terminal ditargetkan selesai 31 Maret/April 2018. Nantinya bandara ini akan dijadikan bandara Internasional, Kemenpar memiliki pengalaman dengan Bandara Silangit dan Belitung.

Pengembangan pariwisata di Provinsi Maluku Utara, lanjut Menpar, dapat dilakukan melalui konsep "Nomadic Tourism". Artinya, segala sarana pendukung pariwisata dapat dibuat secara sementara.

Menpar Arief Yahya menawarkan untuk membantu membangun fasilitas "Seaplane" untuk aksesibilitas di Maluku Utara, karena pembangunan bandara membutuhkan waktu lama.

"Nomadic Tourism" adalah bentuk akomodasi sementara seperti Glam Camp, Home Pod, karena membangun hotel akan sangat lama.

Menpar mendorong Kadispar Maluku Utara untuk menjalankan program tersebut, Kementerian Pariwisata akan membantu dengan menghubungkan ke para investor.

Sesuai karakternya, yaitu "nomadic", fasilitas-fsilitas tersebut juga bisa dipindah-pindah alias tidak permanen. Dengan begitu, nomadic tourism ini sangat cocok dikembangkan di daerah-daerah yang belum tersedia akomodasi seperti perhotelan atau pun homestay.

Menpar pun mendorong industri pariwisata untuk mengembangkan produk wisata nomadic tourism dan memasarkannya.