Bagi Pertamina, "kelas dunia" bukan sekadar jargon dan wacana
12 Maret 2018 13:25 WIB
Arsip - Dirut Pertamina Elia Massa Manik (kanan) mengikuti rapat kerja dengan Komisi VII DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (18/1/2018). (ANTARA /Sigid Kurniawan)
Jakarta (ANTARA News) - Direktur Utama PT Pertamina Elia Massa Manik menegaskan bahwa target sebagai perusahaan berstandar kelas dunia bukanlah sekadar jargon atau berhenti di tataran wacana saja, namun harus menjadi kenyataan.
"Pencitraan itu boleh saja, tapi realisasi jauh lebih penting," kata Elia saat membuka acara penghargaan inovasi internal perusahaan di Jakarta, Senin.
Elia mengatakan bahwa Pertamina merupakan industri yang bergerak pada bisnis berisiko besar, utamanya dalam hal investasi.
"Kita bergerak dalam bisnis minyak dan gas bumi, di mana seluruh dunia tahu bahwa keuntungan pendapatan memang di ranah besar, seharusnya tidak kaget dan bukan itu tujuannya, melainkan bagaimana mempertahankan pendapatan tersebut," katanya.
Ia mencontohkan perusahaan serupa di negara tetangga secara teknologi keadaannya lima tahun lebih maju dari Indonesia, bahkan ada yang 13 tahun. Maka bukan hanya meraih level tinggi tetapi juga mengejar ketinggalan.
Baca juga: Pertamina dinilai mampu kelola blok terminasi
Baca juga: Pertamina dukung anak usaha kelola lapangan Sukowati
Baca juga: Pertamina EP komitmen nihil kecelakaan kegiatan migas
Dirut Pertamina juga menegaskan bahwa untuk dapat mencapai hal tersebut selain inovasi, setiap perusahaan haruslah memiliki kriteria yang harus dijadikan patokan.
Pertamina memiliki delapan program kriteria yang harus dijadikan target setiap jajaran direksi. Apabila delapan kriteria tersebut dapat dicapai maka perusahaan berkelas dunia dapat disandang oleh Pertamina.
Kedelapan Program Prioritas Direktorat Pengolahan tersebut, yaitu Personal Safety Of Workspace, Environmental Compliance, Refining Availability, Profit Margin, Maximizing Product, Energy Efficiency & Reduce Losses, Producing High Quality, People Development.
Massa menambahkan, delapan agenda prioritas layaknya sebuah `rambu` bagi Pertamina dalam melakoni bisnis di industri migas.
Ia juga mengingatkan tentang pentingnya interproteksi antara setiap butir delapan prioritas, serta peran seorang pemimpin di setiap fungsi dalam mendukung penerapan agenda prioritas tersebut.
"Pencitraan itu boleh saja, tapi realisasi jauh lebih penting," kata Elia saat membuka acara penghargaan inovasi internal perusahaan di Jakarta, Senin.
Elia mengatakan bahwa Pertamina merupakan industri yang bergerak pada bisnis berisiko besar, utamanya dalam hal investasi.
"Kita bergerak dalam bisnis minyak dan gas bumi, di mana seluruh dunia tahu bahwa keuntungan pendapatan memang di ranah besar, seharusnya tidak kaget dan bukan itu tujuannya, melainkan bagaimana mempertahankan pendapatan tersebut," katanya.
Ia mencontohkan perusahaan serupa di negara tetangga secara teknologi keadaannya lima tahun lebih maju dari Indonesia, bahkan ada yang 13 tahun. Maka bukan hanya meraih level tinggi tetapi juga mengejar ketinggalan.
Baca juga: Pertamina dinilai mampu kelola blok terminasi
Baca juga: Pertamina dukung anak usaha kelola lapangan Sukowati
Baca juga: Pertamina EP komitmen nihil kecelakaan kegiatan migas
Dirut Pertamina juga menegaskan bahwa untuk dapat mencapai hal tersebut selain inovasi, setiap perusahaan haruslah memiliki kriteria yang harus dijadikan patokan.
Pertamina memiliki delapan program kriteria yang harus dijadikan target setiap jajaran direksi. Apabila delapan kriteria tersebut dapat dicapai maka perusahaan berkelas dunia dapat disandang oleh Pertamina.
Kedelapan Program Prioritas Direktorat Pengolahan tersebut, yaitu Personal Safety Of Workspace, Environmental Compliance, Refining Availability, Profit Margin, Maximizing Product, Energy Efficiency & Reduce Losses, Producing High Quality, People Development.
Massa menambahkan, delapan agenda prioritas layaknya sebuah `rambu` bagi Pertamina dalam melakoni bisnis di industri migas.
Ia juga mengingatkan tentang pentingnya interproteksi antara setiap butir delapan prioritas, serta peran seorang pemimpin di setiap fungsi dalam mendukung penerapan agenda prioritas tersebut.
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018
Tags: