Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi bergerak menguat sebesar lima poin menjadi Rp13.759 dibanding posisi sebelumnya Rp13.764 per dolar AS.

Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Senin mengatakan bahwa adanya penilaian Bank Indonesia terhadap inflasi Maret 2018 yang tetap terkendali menjadi salah satu faktor yang menjaga fluktuasi rupiah.

"Rupiah menguat meski tipis, inflasi Maret diproyeksikan masih tetap terkendali seiring turunnya sejumlah komoditas barang kebutuhan dan ekspektasi defisit neraca berjalan yang akan dijaga pada angka 2,1 persen dari produk domestik bruto (PDB), kondisi itu cukup membantu pergerakan rupiah," katanya.

Ia mengatakan bahwa sentimen dari dalam negeri itu diharapkan dapat engimbangi kekhawatiran pelaku pasar uang terhadap sentimen kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat karena kebijakan proteksionis Presiden AS Donald Trump.

Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail menambahkan bahwa dolar AS cenderung bergerak mendatar terhadap sejumlah mata uang dunia, termasuk rupiah setelah data upah rata-rata per jam di Amerika Serikat pada Februari naik tipis sebesar 0,1 persen, lebih rendah dibandingkan ekspektasi sebesar 0,2 persen.

"Rendahnya pertumbuhan upah itu memberikan sentimen positif kepada investor bahwa tingkat suku bunga The Fed tidak akan naik lebih dari ekspektasi," katanya.

Kendati demikian, lanjut dia, tekanan terhadap rupiah masih tetap ada seiring naiknya imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun.