Pekanbaru, Riau (ANTARA News) - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau berupaya meredam konflik dan upaya balas dendam warga pasca penyerangan harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) dua hari lalu, yang menyebabkan seorang warga di Kabupaten Indragiri Hilir meninggal.

"Tim gabungan saat ini masih di TKP (tempat kejadian perkara) berupaya meredam gejolak masyarakat," kata Kepala Bidang Wilayah I BBKSDA Riau, Mulyo Hutomo, di Pekanbaru, Ahad.

Tim gabungan terdiri dari unsur TNI, polisi dan pegiat satwa dilindungi, kata dia, berusaha meyakinkan warga agar penanganan harimau yang menerkam Yusri Efendi (34) hingga meninggal, Sabtu malam tadi (10/3), dipercayakan kepada petugas.

Secara umum, dia mengatakan situasi jauh lebih kondusif dibanding sesaat pasca kejadian Sabtu malam tadi. Ia mengatakan, tim sudah bisa berbaur dengan masyarakat.

"Jadi target utama kita bagaimana caranya menenangkan masyarakat agar tidak terjadi amarah berlebihan," tuturnya.

Sementara berupaya meredam konflik di tengah-tengah masyarakat, ia mengatakan, tim gabungan juga sedang berusaha mencari solusi secara menyeluruh, tidak sekedar reaktif pascakejadian itu.

Yusri, seorang buruh bangunan di Dusun Sinar Danau, Desa Tanjung Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir meregang nyawa setelah diserang harimau sumatera, Sabtu malam (9/3).

Kejadian tersebut berawal saat korban bersama Rusli (41), Indra (26), dan Syahran (41, sedang mengerjakan bangunan rumah walet. Korban dan warga merupakan pendatang asal Desa Pulau Muda Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan.

Baca juga: https://m.antaranews.com/berita/692053/bbksda-riau-identifikasi-harimau-sumatera-penyerang-warga

Menjelang sore, sekira pukul 16.30 WIB, mereka melihat satu harimau berkeliaran tepat di bawah bangunan yang sedang mereka kerjakan. Melihat pemandangan itu, ketiga pekerja itu memilih bertahan di atas bangunan hingga dua jam.

Setelah raja hutan itu tidak terlihat lagi, korban dan rekannya bergegas turun. Naasnya, raja hutan itu tiba-tiba muncul sekitar 250 meter dari bangunan, ketiga pekerja pun bergegas lari menyelamatkan diri.

Dalam keadaan kritis itu, Yusri tampak tak terlihat lagi. Para pekerja yang tersisa, mencoba menghubungi warga Dusun Sinar Danau, yang tak lama kemudian berdatangan ke lokasi, menggunakan perahu kecil.

Setelah dilakukan pencarian, korban Yusri berhasil ditemukan di atas tanaman kumpai (sejenis rumput yang terdapat di atas air) sekira pukul 19.00 WIB. Berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui korban meninggal dunia karena mengalami pendarahan akibat luka robek bekas gigitan harimau di tengkuknya.

Baca juga: https://m.antaranews.com/berita/692014/terjadi-lagi-serangan-harimau-sumatera-ke-manusia

Beberapa bulan sebelum insiden tewasnya Yusri, awal Januari 2018 lalu seorang warga bernama Jumiati juga meninggal dunia karena insiden yang sama, diserang harimau. Perempuan berusia 33 tahun itu meninggal saat sedang melakukan perawatan sawit di tempat ia bekerja, PT Tabung Haji Indo Plantantion.

Sebenarnya, pasca insiden pertama, tim BBKSDA Riau telah diturunkan untuk menangkap dan menyelamatkan harimau tersebut. Tim itu terdiri dari TNI, polisi dan sejumlah pegiat satwa dilindungi.

Sejumlah perangkap juga telah dipasang. Perangkap-perangkap berbentuk kotak berisi kambing jantan dan babi hutan menyebar di sekitar lokasi itu.

Begitu juga kamera pengintai, yang dipasang di setiap sudut dimana perangkap itu berada. Namun, selama lebih kurang dua bulan pencarian, belum ada perkembangan berarti.