Intervensi rupiah dengan cadangan devisa optimal untuk jangka pendek
8 Maret 2018 19:48 WIB
Petugas jasa penukaran uang asing Valuta Artha Mas menghitung pecahan 100 dolar AS di ITC Kuningan, Jakarta, Rabu (28/2/2018). (ANTARA/Puspa Perwitasari)
Jakarta (ANTARA News) - Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Ari Kuncoro, mengatakan intervensi penguatan dolar AS menggunakan cadangan devisa merupakan langkah jangka pendek yang optimal.
"Untuk jangka pendek hanya bisa main tingkat bunga dan cadangan devisa. Sekarang yang paling optimal adalah melalui cadangan devisa," kata Ari ditemui usai menghadiri seminar nasional di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan langkah intervensi melalui suku bunga memiliki kelemahan, yaitu dapat membebani dunia usaha dan memperlambat perekonomian.
Ari mengatakan cadangan devisa yang digunakan untuk menopang rupiah dilakukan agar dunia usaha tidak terbebani tingkat suku bunga.
Apabila rupiah tidak ditopang, maka akan berpengaruh pada ongkos produksi karena ada bagian produksi yang bahan baku dan barang modalnya diimpor.
"Cadangan devisa dikumpulkan untuk menopang rupiah jika situasinya membutuhkan," kata Ari.
Posisi cadangan devisa Indonesia di akhir Februari 2018 sebesar 128,06 miliar dolar AS atau menurun 3,92 miliar dolar AS dari Januari 2018.
Pernyataan resmi Bank Indonesia menyebutkan bahwa penurunan tersebut terjadi karena keperluan stabilisasi nilai tukar rupiah, pembayaran utang luar negeri pemerintah, dan menurunnya penempatan valuta asing perbankan di Bank Sentral.
"Cadangan devisa memang harus turun, hal itu berarti BI main di pasar. Yang ditakutkan adalah situasi seperti ini namun cadangan devisa tidak turun," kata Ari.
Sebelumnya, Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan volatilitas kurs rupiah dalam beberapa hari terakhir karena dampak langsung kondisi ekonomi global, khususnya era peningkatan suku bunga acuan dan ekspansifnya kebijakan fiskal AS.
Dampak dari kebijakan ekonomi AS tersebut berpengaruh terhadap pergerakkan mata uang di seluruh negara, bukan hanya terhadap mata uang rupiah Indonesia.
Namun, Agus meyakini dengan ketahanan fundamental ekonomi Indonesia saat ini dan koordinasi antara bank sentral dan pemerintah, tekanan ekonomi eksternal itu tidak akan mengikis terlalu lama ekonomi domestik.
Baca juga: Cadangan devisa menurun untuk stabilisasi kurs rupiah
"Untuk jangka pendek hanya bisa main tingkat bunga dan cadangan devisa. Sekarang yang paling optimal adalah melalui cadangan devisa," kata Ari ditemui usai menghadiri seminar nasional di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan langkah intervensi melalui suku bunga memiliki kelemahan, yaitu dapat membebani dunia usaha dan memperlambat perekonomian.
Ari mengatakan cadangan devisa yang digunakan untuk menopang rupiah dilakukan agar dunia usaha tidak terbebani tingkat suku bunga.
Apabila rupiah tidak ditopang, maka akan berpengaruh pada ongkos produksi karena ada bagian produksi yang bahan baku dan barang modalnya diimpor.
"Cadangan devisa dikumpulkan untuk menopang rupiah jika situasinya membutuhkan," kata Ari.
Posisi cadangan devisa Indonesia di akhir Februari 2018 sebesar 128,06 miliar dolar AS atau menurun 3,92 miliar dolar AS dari Januari 2018.
Pernyataan resmi Bank Indonesia menyebutkan bahwa penurunan tersebut terjadi karena keperluan stabilisasi nilai tukar rupiah, pembayaran utang luar negeri pemerintah, dan menurunnya penempatan valuta asing perbankan di Bank Sentral.
"Cadangan devisa memang harus turun, hal itu berarti BI main di pasar. Yang ditakutkan adalah situasi seperti ini namun cadangan devisa tidak turun," kata Ari.
Sebelumnya, Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan volatilitas kurs rupiah dalam beberapa hari terakhir karena dampak langsung kondisi ekonomi global, khususnya era peningkatan suku bunga acuan dan ekspansifnya kebijakan fiskal AS.
Dampak dari kebijakan ekonomi AS tersebut berpengaruh terhadap pergerakkan mata uang di seluruh negara, bukan hanya terhadap mata uang rupiah Indonesia.
Namun, Agus meyakini dengan ketahanan fundamental ekonomi Indonesia saat ini dan koordinasi antara bank sentral dan pemerintah, tekanan ekonomi eksternal itu tidak akan mengikis terlalu lama ekonomi domestik.
Baca juga: Cadangan devisa menurun untuk stabilisasi kurs rupiah
Pewarta: Roberto Calvinantya Basuki
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018
Tags: