LIPI bangun fasilitas pengembangan obat tradisional
8 Maret 2018 10:02 WIB
Ilustrasi - Peneliti memilah-milah hasil tanaman obat di Laboraturium Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT), Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah, Sabtu (11/10/2014). (ANTARA FOTO/Maulana Surya)
Jakarta (ANTARA News) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) membangun fasilitas pengembangan obat tradisional dengan Standard Cara Pembuatan Obat Tradisonal yang Baik (CPOTB) di Serpong guna mempercepat hilirisasi hasil penelitian kesehatan dan obat.
Pelaksana Tugas Kepala LIPI Bambang Subiyanto dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis, mengatakan pembangunan fasilitas inj sekaligus memberikan dukungan terkait riset dan pengembangan produk kepada mitra industri.
"Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah melalui Paket Kebijakan Ekonomi ke-11 tentang pengembangan industri kefarmasian dan alat kesehatan," ujar dia.
Lebih jauh, Bambang menjelaskan bahwa fasilitas penelitian obat tradisional diperlukan untuk menjawab permasalahan kesehatan serta mendukung kemandirian bahan baku obat secara nasional. LIPI menaruh perhatian besar dalam penelitian dan pengembangan kesehatan obat dengan berbagai riset terkait penggunaan tanaman obat serta bahan aktifnya untuk bahan baku obat.
Ia mengatakan Indonesia memiliki 1.247 industri dan usaha obat tradisional yang 10 diantaranya termasuk perusahaan industri obat tradisional skala besar. Namun, industri obat tradisional (IOT), usaha kecil obat tradisional (UKOT) dan usaha mikro obat tradisional (UMOT) banyak yang tidak memiliki fasilitas CPOTB sehingga mengalami kesulitan dalam membuat produk berstandar CPOTB.
Fasilitas yang akan dibangun ini diharapkan dapat menjadi percontohan laboratorium CPOTB dalam rangka memfasilitasi industri kecil dan menengah guna mempercepat pengembangan produk obat tradisional di tanah air, lanjutnya.
Hingga saat ini, hampir 95 persen bahan baku industri farmasi di Indonesia masih bergantung dari impor luar negeri. Padahal, Indonesia memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman yang berkhasiat sebagai bahan obat.
Pengembangan obat alami patut mendapatkan perhatian, mengingat praktik pemanfaatan obat tradisional telah mengakar di masyarakat Indonesia. Selain itu, potensi pengembangannya sangat terbuka dengan terus meninngkatnya permintaan pasar domestik maupun internasional.
Sementara itu, Kepala Pusat Penelitian Kimia LIPI Agus Haryono mengatakan bahwa satuan kerjanya sangat fokus dalam pengembangan obat tradisonal. "Dari kegiatan penelitan yang kami lakukan, telah banyak ditemukan senyawa-senyawa baru dari ekstrak tanaman asli Indonesia yang berpotensi sebagai anti kanker, anti diabet, anti malaria, serta antioksidan," katanya.
Agus mengatakan pembangunan fasilitas riset ini akan dapat lebih memfokuskan penelitian dan memberikan fasilitas yang lebih memadai untuk penelitian terkait obat radisional. "Harapan kami melalui fasilitas riset pengembangan obat tradisional dengan standard CPOTB, hasil-hasil penelitian kami bisa lebih berkualitas dan mudah diterima oleh industri."
Pelaksana Tugas Kepala LIPI Bambang Subiyanto dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis, mengatakan pembangunan fasilitas inj sekaligus memberikan dukungan terkait riset dan pengembangan produk kepada mitra industri.
"Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah melalui Paket Kebijakan Ekonomi ke-11 tentang pengembangan industri kefarmasian dan alat kesehatan," ujar dia.
Lebih jauh, Bambang menjelaskan bahwa fasilitas penelitian obat tradisional diperlukan untuk menjawab permasalahan kesehatan serta mendukung kemandirian bahan baku obat secara nasional. LIPI menaruh perhatian besar dalam penelitian dan pengembangan kesehatan obat dengan berbagai riset terkait penggunaan tanaman obat serta bahan aktifnya untuk bahan baku obat.
Ia mengatakan Indonesia memiliki 1.247 industri dan usaha obat tradisional yang 10 diantaranya termasuk perusahaan industri obat tradisional skala besar. Namun, industri obat tradisional (IOT), usaha kecil obat tradisional (UKOT) dan usaha mikro obat tradisional (UMOT) banyak yang tidak memiliki fasilitas CPOTB sehingga mengalami kesulitan dalam membuat produk berstandar CPOTB.
Fasilitas yang akan dibangun ini diharapkan dapat menjadi percontohan laboratorium CPOTB dalam rangka memfasilitasi industri kecil dan menengah guna mempercepat pengembangan produk obat tradisional di tanah air, lanjutnya.
Hingga saat ini, hampir 95 persen bahan baku industri farmasi di Indonesia masih bergantung dari impor luar negeri. Padahal, Indonesia memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman yang berkhasiat sebagai bahan obat.
Pengembangan obat alami patut mendapatkan perhatian, mengingat praktik pemanfaatan obat tradisional telah mengakar di masyarakat Indonesia. Selain itu, potensi pengembangannya sangat terbuka dengan terus meninngkatnya permintaan pasar domestik maupun internasional.
Sementara itu, Kepala Pusat Penelitian Kimia LIPI Agus Haryono mengatakan bahwa satuan kerjanya sangat fokus dalam pengembangan obat tradisonal. "Dari kegiatan penelitan yang kami lakukan, telah banyak ditemukan senyawa-senyawa baru dari ekstrak tanaman asli Indonesia yang berpotensi sebagai anti kanker, anti diabet, anti malaria, serta antioksidan," katanya.
Agus mengatakan pembangunan fasilitas riset ini akan dapat lebih memfokuskan penelitian dan memberikan fasilitas yang lebih memadai untuk penelitian terkait obat radisional. "Harapan kami melalui fasilitas riset pengembangan obat tradisional dengan standard CPOTB, hasil-hasil penelitian kami bisa lebih berkualitas dan mudah diterima oleh industri."
Pewarta: Virna Puspa S
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018
Tags: