MUI: Afghanistan pilih Indonesia untuk damaikan ulama
Dokumentasi Presiden Joko Widodo (ketiga kanan) bersama Wakil Presiden, Jusuf Kalla (keempat kiri), Duta Besar Indonesia untuk Afghanistan, Arief Rachman (kedua kiri), Ketua Mejelis Tinggi Perdamaian Afghanistan ,Mohammad Karim Khalili (tengah), bersama delegasi berfoto bersama usai pertemuan di Resto Cafe Grand Garden, Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, Selasa (21/11/2017). Kunjungan delegasi Majelis Tinggi Perdamaian Afghanistan ke Indonesia itu dalam rangka upaya mencari solusi mendamaikan kelompok-kelompok yang berseteru puluhan tahun di Afghanistan. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)
"Wapres dan Menlu berkunjung ke kantor MUI menyampaikan hasil kunjungan ke Kabul beberapa waktu lalu. Indonesia secara resmi diminta pemerintah Afghanistan untuk menjadi juru damai," kata Ketua bidang Hubungan Luar Negeri MUI, Muhyiddin, di Jakarta, Selasa.
Di sela pertemuan dengan Wakil Presiden, Jusuf Kalla, dan Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, di Kantor Pusat MUI, dia menengarai keinginan Afghanistan menunjuk Indonesia sebagai mediator damai karena dianggap negara yang netral, memiliki modal besar dan luas dalam menyelesaikan masalah konflik internal, termasuk di luar negeri.
Muhyiddin mengatakan Indonesia terbukti mampu membuat penyelesaian kasus Poso, Ambon, dan Aceh yang dapat diselesaikan secara kekeluargaan.
"Afghanistan sudah menjajaki dengan Mesir, Arab Saudi, Qatar, dan lainnya untuk ikut mendamaikan internalnya. Tapi mereka memilih Indonesia karena dinilai tidak memiliki kepentingan politik, ekonomi. Kalau yang mengadakan itu Pakistan, Amerika Serikat, Rusia tentu mereka tidak mau karena ada kepentingan," kata dia.
Adapun upaya untuk perdamaian Afghanistan itu akan dilakukan dengan pertemuan ulama tiga negara yaitu dari Indonesia, Afghanistan dan Pakistan. Pertemuan akan dilakukan di Bogor pada Maret 2018.
Soal tanggal pelaksanaan halaqah itu, Muhyiddin belum bisa memastikan karena masih menunggu kesediaan ulama Afghanistan dari kalangan Taliban. Sebelumnya, pertemuan ulama itu akan diadakan pada 15 Maret tetapi harus ditunda dengan pertimbangan memasukkan ulama Taliban yang sebelumnya tidak ada di daftar undangan.
"Total ada 45 ulama tiga negara, masing-masing 15 yaitu dari Indonesia, Afghanistan dan Pakistan," kata dia.
Dia mengatakan keikutsertaan Pakistan sangat penting karena di negara itu terdapat sejumlah ulama Taliban yang juga orang Afghanistan. Maka, Pakistan memiliki arti penting dalam upaya perdamaian di Afghanistan.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018