BBKSDA Riau upayakan relokasi Harimau Sumatera di kebun sawit Riau
5 Maret 2018 15:27 WIB
Ilustrasi - Keberadaan seekor harimau sumatera (panthera tigris sumatreae) tertangkap kamera perangkap di Taman Nasional Batang Gadis, Sumatera Utara, pada 2 Desember 2016. (Conservation International)
Pekanbaru (ANTARA News) - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau berupaya menyelamatkan dan merelokasi Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang berkeliaran di perkebunan sawit Indragiri Hilir dengan menerjunkan tim medis terdiri dari empat dokter dan dua paramedis.
Seluruh tim medis tersebut dibekali senapan bius untuk melumpuhkan Bonita, nama harimau Sumatera betina berusia empat tahun yang dilacak BBKSDA Riau sejak dua bulan terakhir.
"Tim sudah dua hari disana. Mereka masih melacak pergerakan Bonita (nama Harimau Sumatera yang berkeliaran di perkebunan sawit)," kata Kepala Bidang Wilayah I BBKSDA Riau, Mulyo Hutomo kepada Antara di Pekanbaru, Senin.
Mulyo yang juga menjabat sebagai ketua tim penyelamat Harimau mengatakan hingga kini tim yang telah lebih dari dua bulan di lapangan dinilai telah mempelajari pola pergerakan harimau betina remaja itu.
Sehingga, opsi penggunaan senjata bius, yang menurut dia merupakan pilihan terberat dan rencana terakhir itu dapat dilakukan dalam waktu dekat.
Baca juga: BBKSDA Riau pertimbangkan bius harimau tersesat
Baca juga: BBKSDA Riau datangkan pawang harimau asal Aceh
Sebelum menjatuhkan penggunaan bius, BBKSDA Riau bersama Polisi yang tergabung tim penyelamat Harimau telah berupaya memasang perangkap-perangkap berbentuk kotak besi. Setidaknya terdapat enam perangkap yang dipasang dengan masing-masing diantaranya berisi kambing jantan serta babi hutan.
Namun, upaya-upaya itu gagal. Bonita masih berkeliaran di perkebunan sawit PT Tabung Haji Indo Plantation (THIP). Di lokasi itu, seorang karyawan bernama Jumiati meninggal dunia dengan kondisi mengenaskan awal Januari 2018 lalu.
Perempuan berusia 33 tahun tersebut diserang Bonita saat bekerja di KCB 76 Blok 10 Afdeling IV Eboni State, Desa Tanjung Simpang, Pelangiran, Indragiri Hilir.
"Bius itu letaknya ketika semua sudah dilakukan," ujarnya.
Lebih jauh, Mulyo menjelaskan senapan bius akan bereaksi maksimal 15 menit sebelum Bonita benar-benar dalam keadaan lumpuh sementara. Guna meminimalis Bonita lari terlalu jauh pasca ditembak bius, dia mengatakan pihaknya akan memancing Bonita ke tempat terbuka.
"Agar dapat segera dilacak setelah ditembak bius, kita upayakan memancing dia ke tempat terbuka," ujarnya.
Dirinya berharap upaya tersebut dapat segera membuahkan hasil sehingga Bonita dapat diselamatkan untuk kemudian direlokasi ke lokasi lebih aman.
Sebenarnya, selain Bonita, BBKSDA Riau juga memantau seekor harimau Sumatera lainnya yang juga berkeliaran di perkebunan sawit tersebut. Harimau itu diberi nama mirip dengan Bonita, yakni Boni. Keduanya berjenis kelamin betina dan sama-sama berusia 4 tahun.
Hanya saja, Mulyo mengatakan pihaknya akan memprioritaskan penanganan Bonita, karena dia dinilai mengalami perubahan prilaku serta lebih sering masuk ke perkebunan sawit dibanding tempat asalnya, SM Kerumutan.
Seluruh tim medis tersebut dibekali senapan bius untuk melumpuhkan Bonita, nama harimau Sumatera betina berusia empat tahun yang dilacak BBKSDA Riau sejak dua bulan terakhir.
"Tim sudah dua hari disana. Mereka masih melacak pergerakan Bonita (nama Harimau Sumatera yang berkeliaran di perkebunan sawit)," kata Kepala Bidang Wilayah I BBKSDA Riau, Mulyo Hutomo kepada Antara di Pekanbaru, Senin.
Mulyo yang juga menjabat sebagai ketua tim penyelamat Harimau mengatakan hingga kini tim yang telah lebih dari dua bulan di lapangan dinilai telah mempelajari pola pergerakan harimau betina remaja itu.
Sehingga, opsi penggunaan senjata bius, yang menurut dia merupakan pilihan terberat dan rencana terakhir itu dapat dilakukan dalam waktu dekat.
Baca juga: BBKSDA Riau pertimbangkan bius harimau tersesat
Baca juga: BBKSDA Riau datangkan pawang harimau asal Aceh
Sebelum menjatuhkan penggunaan bius, BBKSDA Riau bersama Polisi yang tergabung tim penyelamat Harimau telah berupaya memasang perangkap-perangkap berbentuk kotak besi. Setidaknya terdapat enam perangkap yang dipasang dengan masing-masing diantaranya berisi kambing jantan serta babi hutan.
Namun, upaya-upaya itu gagal. Bonita masih berkeliaran di perkebunan sawit PT Tabung Haji Indo Plantation (THIP). Di lokasi itu, seorang karyawan bernama Jumiati meninggal dunia dengan kondisi mengenaskan awal Januari 2018 lalu.
Perempuan berusia 33 tahun tersebut diserang Bonita saat bekerja di KCB 76 Blok 10 Afdeling IV Eboni State, Desa Tanjung Simpang, Pelangiran, Indragiri Hilir.
"Bius itu letaknya ketika semua sudah dilakukan," ujarnya.
Lebih jauh, Mulyo menjelaskan senapan bius akan bereaksi maksimal 15 menit sebelum Bonita benar-benar dalam keadaan lumpuh sementara. Guna meminimalis Bonita lari terlalu jauh pasca ditembak bius, dia mengatakan pihaknya akan memancing Bonita ke tempat terbuka.
"Agar dapat segera dilacak setelah ditembak bius, kita upayakan memancing dia ke tempat terbuka," ujarnya.
Dirinya berharap upaya tersebut dapat segera membuahkan hasil sehingga Bonita dapat diselamatkan untuk kemudian direlokasi ke lokasi lebih aman.
Sebenarnya, selain Bonita, BBKSDA Riau juga memantau seekor harimau Sumatera lainnya yang juga berkeliaran di perkebunan sawit tersebut. Harimau itu diberi nama mirip dengan Bonita, yakni Boni. Keduanya berjenis kelamin betina dan sama-sama berusia 4 tahun.
Hanya saja, Mulyo mengatakan pihaknya akan memprioritaskan penanganan Bonita, karena dia dinilai mengalami perubahan prilaku serta lebih sering masuk ke perkebunan sawit dibanding tempat asalnya, SM Kerumutan.
Pewarta: Anggi Romadhoni
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018
Tags: