Cilacap (ANTARA News) - Masa paceklik bagi petani merupakan saat-saat yang menyulitkan karena stok gabah yang mereka miliki biasanya mulai menipis atau bahkan sudah habis, sedangkan tanaman padi yang dibudidayakan belum bisa dipanen.

Kekhawatiran petani dalam menghadapi masa paceklik pun sirna karena pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada bulan Januari 2018 mulai melaksanakan program padat karya untuk beberapa proyek infrastruktur, antara lain peningkatan tata guna air irigasi (P3TGAI) serta operasi dan pemeliharaan (OP) irigasi.

Cilacap, Jawa Tengah merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di 10 provinsi yang mendapatkan paket perdana program padat karya yang diluncurkan Kementerian PUPR itu.

Pelaksana tugas Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Kabupaten Cilacap Saeful Hidayat mengatakan, daerahnya mendapat program padat karya yang berkaitan dengan P3TGAI dan OP Irigasi.

"Program padat karya itu dilaksanakan di beberapa kecamatan, namun Kabupaten Cilacap hanya ketempatan saja, kami tidak menanganinya karena semua itu dikelola oleh Balai Besar Wilayah Sungai Citanduy di Kota Banjar, Jawa Barat, dan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak di Yogyakarta," katanya.

Kendati demikian, dia mengatakan salah satu lokasi pelaksanaan program padat karya tersebut berada di Desa Tambaksari, Kecamatan Kedungreja, yang melibatkan Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) Karya Bakti serta Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) setempat, salah satunya P3A Tirta Rahayu.

Bahkan, kata dia, P3A Tirta Rahayu pada tahun 2017 meraih predikat juara nasional dalam hal tata kelola air irigasi.

Ketua GP3A Karya Bakti, Desa Tambaksari, Wasimun (65) mengatakan berdasarkan informasi, lokasi program padat karya tunai dari Kementerian PUPR di Kabupaten Cilacap tersebar di beberapa kecamatan, antara lain Kedungreja, Sidareja, Karangpucung, dan Majenang.

"GP3A Karya Bakti terdiri atas enam P3A, masing-masing mengerjakan enam titik program padat karya berupa perbaikan dan pemeliharaan saluran irigasi," kata dia yang juga pelaksana tugas Ketua Induk P3A Padung Jaya yang meliputi Kecamatan Patimuan dan Kedungreja.

Ia mengatakan alokasi anggaran untuk program padat karya tersebut sebesar Rp190 juta per paket dan langsung ditransfer ke rekening masing-masing P3A meskipun baru penyaluran tahap pertama sebesar 70 persen.

Menurut dia, dana tersebut digunakan untuk perbaikan saluran irigasi yang rata-rata memiliki panjang sekitar 225 meter dengan luas lahan sawah secara keseluruhan dari enam P3A mencapai 476 hektare.

"Saat ini, proyek yang dikerjakan melalui program padat karya tunai tersebut telah selesai karena rata-rata setiap paket kegiatan dapat diselesaikan dalam waktu satu bulan. Kami sangat merasakan manfaat dari program tersebut," katanya.

Menurut dia, hal itu disebabkan program padat karya tunai hadir saat petani menghadapi masa paceklik karena persediaan gabah mereka mulai menipis sedangkan tanaman padi belum bisa dipanen sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

"Saat itu, banyak petani yang menganggur. Namun dengan adanya program padat karya tunai, mereka bisa ikut terlibat dalam pelaksanaan proyek. Bahkan, kami kesulitan untuk menolak karena saking banyaknya warga yang ingin terlibat," jelasnya.

Wasimun mengatakan dalam pelaksaaan program padat karya tersebut, setiap paket kegiatan melibatkan sekitar 30-35 orang dengan honor atau upah sebesar Rp60 ribu per hari, sedangkan tenaga kerja yang memiliki keahlian khusus mendapat Rp70 ribu per hari.

Ia mengaku puas dengan proyek yang dikerjakan melalui mekanisme padat karya karena hasilnya tidak kalah dengan proyek-proyek yang dikerjakan oleh pihak ketiga.

Bahkan, petani pun lebih merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap proyek yang mereka kerjakan dalam program padat karya.

Dia mengharapkan ke depan masih ada program padat karya untuk perbaikan saluran irigasi di Desa Tambaksari karena masih ada beberapa titik yang membutuhkan penanganan.

"Kami berharap dengan kondisi saluran irigasi yang lebih baik, produktivitas pertanian makin meningkat. Kami pun berharap ada program padat karya untuk proyek-proyek lainnya karena manfaatnya sangat dirasakan masyarakat," kata dia yang pernah mengantarkan GP3A Karya Bakti meraih predikat juara nasional pada tahun 2005.

Ketua P3A Tirta Karya, Desa Tambaksari, Mukholik Mad Suparno (66) mengaku senang dengan adanya program padat karya karena sangat membantu masyarakat khususnya petani yang saat itu sedang menghadapi masa paceklik sehingga banyak yang menganggur.

"Jadi, orang-orang yang menganggur itu bisa kerja semua dalam program padat karya, sehingga ekonomi bisa terbantu dengan kegiatan itu. Daya beli masyarakat bisa meningkat," kata dia yang juga Ketua Kelompok Tani Daya Sari.

Ia mengatakan dengan adanya perbaikan saluran irigasi, air bisa lebih cepat sampai dan merata ke seluruh areal persawahan sehingga produktivitas tanaman padi diharapkan bisa meningkat.

"Ke depan, kalau ada (proyek) lagi, ya bisa seperti ini, menggunakan padat karya karena sudah ada perbandingan antara hasil proyek yang dikerjakan oleh pihak ketiga dan proyek yang dikerjakan dengan padat karya," kata Mukholik Mad Suparno menambahkan.