200 tatung meriahkan Cap Go Meh
2 Maret 2018 17:40 WIB
Ilustrasi foto. Seorang tatung (orang yang kerasukan arwah leluhur) mengikuti karnaval perayaan Cap Go Meh di Singkawang, Kalimantan Barat. (ANTARA/Wahyu Putro A.)
Pontianak (ANTARA News) - Atraksi dari 200 tatung atau orang yang kerasukan arwah leluhur turut memeriahkan perayaan Cap Go Meh 2018 yang menyedot perhatian ribuan warga Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat.
"Sejak pagi tadi hingga siang ribuan warga menyaksikan atraksi tatung dan kegiatan lainnya dalam perayaan Cap Go Meh Tahun 2018. Perayaan kali ini sangat meriah," ujar Ketua Panitia Perayaan Cap Go Meh Bengkayang Tahun 2018, Andi Max, saat dihubungi di Bengkayang, Jumat.
Tatung dalam bahasa Hakka adalah orang yang dirasuki roh dewa atau leluhur, dan raga atau tubuh orang tersebut dijadikan alat komunikasi atau perantara antara roh leluhur atau dewa tersebut. Mantra dan mudra tertentu roh dewa dipanggil ke altar kemudian akan memasuki raga para tatung.
Ia menjelaskan dalam festival Cap Go Meh kali ini melibatkan beberapa perkumpulan budaya multietnis yang ada di Kabupaten Bengkayang.
"Yang terlibat di kegiatan ini bukan hanya dari Tionghoa saja, namun terlihat ada kebudayaan Dayak dan Jawa yang ikut meriahkan parade Cap Go Meh tersebut," paparnya.
Satu di antara penonton, Merry mengaku baru pertama kali menyaksikan atraksi tatung. Ia menilai atraksi tersebut sangat memukau.
"Sebelumnya saya cuma mendengar bahwa biasanya tatung menampilkan kekuatannya dengan cara menusuk pipi, lidah dengan pisau dan besi dan menancapkan pantat dan kaki di sebuah pedang yang diasah tajam dan ternyata itu benar," katanya.
Dalam atraksi tersebut sekitar 1.600 personel yang terlibat, antara lain 270 orang aparat Kepolisian Resor (Polres) Bengkayang, dibantu prajurit TNI, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan Dinas Perhubungan Bengkayang.
"Sejak pagi tadi hingga siang ribuan warga menyaksikan atraksi tatung dan kegiatan lainnya dalam perayaan Cap Go Meh Tahun 2018. Perayaan kali ini sangat meriah," ujar Ketua Panitia Perayaan Cap Go Meh Bengkayang Tahun 2018, Andi Max, saat dihubungi di Bengkayang, Jumat.
Tatung dalam bahasa Hakka adalah orang yang dirasuki roh dewa atau leluhur, dan raga atau tubuh orang tersebut dijadikan alat komunikasi atau perantara antara roh leluhur atau dewa tersebut. Mantra dan mudra tertentu roh dewa dipanggil ke altar kemudian akan memasuki raga para tatung.
Ia menjelaskan dalam festival Cap Go Meh kali ini melibatkan beberapa perkumpulan budaya multietnis yang ada di Kabupaten Bengkayang.
"Yang terlibat di kegiatan ini bukan hanya dari Tionghoa saja, namun terlihat ada kebudayaan Dayak dan Jawa yang ikut meriahkan parade Cap Go Meh tersebut," paparnya.
Satu di antara penonton, Merry mengaku baru pertama kali menyaksikan atraksi tatung. Ia menilai atraksi tersebut sangat memukau.
"Sebelumnya saya cuma mendengar bahwa biasanya tatung menampilkan kekuatannya dengan cara menusuk pipi, lidah dengan pisau dan besi dan menancapkan pantat dan kaki di sebuah pedang yang diasah tajam dan ternyata itu benar," katanya.
Dalam atraksi tersebut sekitar 1.600 personel yang terlibat, antara lain 270 orang aparat Kepolisian Resor (Polres) Bengkayang, dibantu prajurit TNI, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan Dinas Perhubungan Bengkayang.
Pewarta: Dedi
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2018
Tags: