Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia menyebut nilai tukar rupiah, yang dalam beberapa hari terakhir bergerak di rentang Rp13.700 sampai Rp13.800 per dolar AS, sudah berada di bawah nilai fundamentalnya.

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara di Jakarta, Jumat, mengatakan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam beberapa hari terakhir sudah berlebihan dan bank sentral siap melakukan stabilisasi di dua pasar, yakni pasar valas dan pasar Surat Berharga Negara (SBN).

"Kalau menurut BI rupiah sebelum fluktuasi sekarang ini sudah undervalued. Kalau ada fluktuasi dalam beberapa hari terakhir, ya memang rupiahnya undervalued," kata Mirza.

Mirza membantah BI sengaja membuat rupiah undervalued untuk mendorong nilai ekspor, dan menekankan bahwa bank sentral terus berada di pasar untuk bersiap melakukan stabilisasi.

"Kalau sudah undervalued buat apa BI membuatnya undervalued lagi. BI selalu ada di pasar untuk lakukan stabilisasi," ujarnya.

Mirza menegaskan pelemahan rupiah terhadap greenback hanya bersifat sementara.

"Ini bukan fenomena Indonesia saja. Krona Swedia itu dari awal Februari sampai akhir Februari 2018 melemah 4,9 persen, dolar Kanada 3,8 persen, Australian dollar 3,6 persen. Kalau kita lihat negara berkembang, pada waktu awal Februari sampai akhir Februari, rupiah melemah 2,6 persen," ujar Mirza.

Menurut data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang diumumkan Bank Indonesia, kurs di level Rp 13.746 per dolar AS pada Jumat, dan pada Kamis sebesar Rp13.793 per dolar AS.