Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis sore, bergerak melemah sebesar lima poin menjadi Rp13.761 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.756 per dolar AS.

Analis Valbury Asia Futures Lukman Leong di Jakarta, Kamis mengatakan bahwa pelemahan rupiah merupakan efek dari rencana The Fed yang memberi sinyal untuk menaikkan suku bunga acuannya pada Maret 2018.

"Faktor eksternal memicu pelemahan mata uang rupiah di pasar valas," ujarnya.

Kendati demikian, pelemahan rupiah relatif terbatas seiring dengan cadangan devisa Indonesia yang terus meningkat serta kebijakan moneter dan fiskal yang solid. Diharapkan, kinerja ekspor meningkat sehingga dapat menjaga suplai valas.

Ia menambahkan bahwa Bank Indonesia juga akan melakukan intervensi di pasar agar fluktuasi rupiah tidak terlalu bergejolak di tengah sentimen kenaikan suku bunga The Fed.

Di sisi lain, lanjut dia, sentimen mengenai inflasi di dalam negeri yang relatif stabil juga akan menjaga pergerakan rupiah. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Februari 2018 sebesar 0,17 persen sehingga inflasi tahun kalender mencapai 0,79 persen dan inflasi tahun ke tahun (year on year) mencapai 3,18 persen.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa optimisme ketua The Fed Jerome Powell terhadap ekonomi Amerika Serikat mengindikasikan kenaikkan suku bunga pada 2018 dapat sebanyak empat kali.

"Kenaikan suku bunga The Fed membuat selisih yield obligasi menyempit," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis (1/3) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.793 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.707 per dolar AS.