Batam (ANTARA News) - Sentuhan kreasi Guruh Soekarno Putra mewarnai perhelatan Batam Menari 2018 yang akan berlangsung pada 8 April mendatang di Batam.




Berdurasi sekitar tujuh menit, Guruh bersama tim menciptakan gerakan yang menggabungkan empat unsur etnis di Batam yakni Melayu, Minangkabau, Batak dan Tiongkok. Guruh menyebut gerakan ini sebagai rampai tari.




"Kami dengan senang hati berperan serta dalam perhelatan Batam Menari. Untuk persiapan kami sudah sekitar sebulan hingga dua bulan yang lalu. Kami telah mengirimkan pelatih-pelatih tari dari Kinarya GSP. Kami sudah mulai berlatih," tutur Guruh dalam konferensi pers di Batam, Kamis.




Dalam kesempatan itu, Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam, Lukita Dinarsyah Tuwo berharap program Batam Menari 2018 bisa menjadi ikon Batam tahunan dan bisa diingat masyarakat layaknya perhelatan seni lainnya semisal Java Jazz.




"Untuk menggalakkan pariwisata Batam perlu melaksanakan kegiatan yang bisa menjadi ikon Batam ke depan. Kami sudah melakukan Batam Cultural Carnival, Batam Barelang Brigde Marathon. April ini ada Batam Menari," ujar dia.




Mengapa memilih menari bersama? Lukita mengatakan menari menjadi budaya hampir di seluruh suku bangsa di Indonesia. Menurut dia, dengan menari bersama bisa terbangun kebersamaan di antara masyarakat.




"Kami ingin membangun kebersamaan. Salah satu budaya yang khas itu menari. Setiap etnik mempunyai budaya menari. Kami ingin mengajak masyarakat Batam yang multietnik bisa turun menggerakan pariwisata di Batam melalui Batam Menari," kata dia.




Dia mengatakan program ini akan diiikuti sekitar 16.000 orang peserta dari berbagai elemen masyarakat mulai dari para instruktur tari, tentara, polisi hingga kaum ibu sehingga bisa tecatat dalam rekor Museum Rekor Indonesia.




"Kami ingin melebihi rekor Muri yang sudah ada yakni 10.000 lebih. Kami targetkan 16.000 orang dengan unsur dari masyarakat sukarela ikut dalam kegiatan ini," kata dia.