Rupiah pagi melemah menjadi Rp13.791
1 Maret 2018 09:20 WIB
Rupiah Ditutup Melemah Petugas menghitung uang dolar AS di Kantor Cabang BNI Melawai, Jakarta, Selasa (15/9). Nilai tukar rupiah terpuruk terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjelang Federal Open Market Committee (FOMC), Selasa (15/9) menyentuh level Rp 14.408 per dolar AS atau melemah 0,52 persen dibandingkan hari sebelumnya Rp 14.333 per dolar AS. (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma) ()
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi bergerak melemah sebesar 35 poin menjadi Rp13.791 dibanding posisi sebelumnya Rp13.756 per dolar AS.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Kamis mengatakan bahwa pergerakan dolar AS yang kembali menguat terhadap mayoritas mata uang di kawasan Asia, termasuk rupiah seiring sikap The Fed yang "hawkish".
"Sikap 'hawkish' The Fed itu direspon oleh pelaku pasar dengan melepas sebagian aset di mata uang negara berkembang, termasuk Indonesia sehingga rupiah mengalami tekanan," katanya.
Di hadapan kongres, ia mengemukakan, The Fed menyampaikan optimismenya terhadap pemulihan ekonomi Amerika Serikat sehingga perlu dilakukan langkah antisipasi dari sisi moneter untuk mencegah overheating ekonomi, yaitu melalui penyesuaian tingkat suku bunga.
Sentimen dari dalam negeri, lanjut dia, antisipasi terhadap rilis data inflasi periode Februari juga cenderung membuat pelaku pasar menahan diri untuk masuk ke aset denominasi rupiah dan cenderung memilih dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan dolar AS terapresiasi terhadap mata uang global setelah Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan prospek ekonomi Amerika Serikat tetap cerah.
"Pernyataan itu memperkuat kenaikan suku bunga Fed lebih lanjut tahun ini," katanya.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Kamis mengatakan bahwa pergerakan dolar AS yang kembali menguat terhadap mayoritas mata uang di kawasan Asia, termasuk rupiah seiring sikap The Fed yang "hawkish".
"Sikap 'hawkish' The Fed itu direspon oleh pelaku pasar dengan melepas sebagian aset di mata uang negara berkembang, termasuk Indonesia sehingga rupiah mengalami tekanan," katanya.
Di hadapan kongres, ia mengemukakan, The Fed menyampaikan optimismenya terhadap pemulihan ekonomi Amerika Serikat sehingga perlu dilakukan langkah antisipasi dari sisi moneter untuk mencegah overheating ekonomi, yaitu melalui penyesuaian tingkat suku bunga.
Sentimen dari dalam negeri, lanjut dia, antisipasi terhadap rilis data inflasi periode Februari juga cenderung membuat pelaku pasar menahan diri untuk masuk ke aset denominasi rupiah dan cenderung memilih dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan dolar AS terapresiasi terhadap mata uang global setelah Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan prospek ekonomi Amerika Serikat tetap cerah.
"Pernyataan itu memperkuat kenaikan suku bunga Fed lebih lanjut tahun ini," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018
Tags: