Keragaman budaya nasional meriahkan Cap Go Meh
28 Februari 2018 18:10 WIB
Warga Tionghoa merayakan Cap Go Meh 2017 di kawasan jalan Sudirman Bandung, Jawa Barat, Sabtu (18/2/2017). Kirab Cap Go Meh yang diselengggarakan setiap tahun, selain dirayakan warga Tionghoa di Bandung, acara ini pun diikuti para peserta dari luar kota Bandung dengan menampilkan keragaman budaya Tionghoa. (ANTARA FOTO/Agus Bebeng)
Bogor (ANTARA News) - Kegiatan kirab budaya Bogor Street Festival Cap Go Meh (CGM) tahun 2018 Kota Bogor, Jawa Barat kembali digelar Jumat 2 Maret dengan menampilkan keragaman budaya nasional.
Koordinator Bidang Acara Bogor Street Festival CGM 2018 Jemmy Carter, di Bogor, Rabu, mengatakan menghadirkan kesenian karnaval, dan mendatangkan kesenian dari Jawa Barat dan nusantara.
"Ada ikut memeriahkan acara Senin Gerakan Nyere (Genye) dari Purwakarta, Ngarak Posong dari Cianjur, dan Bebegig Baladewa dari Ciamis," kata Jemmy.
Kirab budaya Bogor Street Festival CGM merupakan agenda tahunan yang di selenggarakan oleh warga keturunan Tionghoa, Vihara Dhanagun bekerja sama dengan Pemerintah Kota Bogor, serta melibatkan partisipasi masyarakat dari berbagai suku, dan agama.
Menurut Jemmy, penyelenggaraan Bogor Street Festival CGM menjadi daya tarik masyarakat luas untuk datang berwisata ke Kota Bogor. Parade budaya ini berlangsung di sepanjang Jl Suryakencana-Siliwangi hingga Batutulis.
Melalui kirab budaya Bogor Street Festival CGM tahun ini, panitia mencoba untuk menghadirkan berbagai bentuk kesenian khas yang ada di wilayah Jawa Barat sebagai salah satu upaya untuk melestarikan kebudayaan di tataran Sunda.
Seperti Genye Purwakarta merupakan salah satu kesenian khas Purwakarta yang mengedepankan unsur tradisional seperti nyere (sapu lidi), ayakan, injuk, dan lain-lain sebagai material penciptaan karya.
"Kreasi Genye akan disertai manusia lumpur dan serombongan penari Genye menggunakan sapu lidi yang dimaknai sebagai ajakan untuk membersihkan diri," katanya.
Keunikan kesenian Genye Purwarkarta diiringi alat musik bedug, dogdog, timbalis, genjring, terompet, dan gong yang memiliki ritme dinamis. Sedangkan, Ngarak Posong dari Sanggar Hiburan Barudak (Hibar) akan menampilkan berbagai ukuran alat penangkap belut yang disebut posong.
Atraksi ini diiringi gerak tarian dan musik yang atraktif sebagai tradisi dan kesenian khas yang diangkat dari masyarakat Cibeber, Cianjur. Kesenian ini biasa digelar setelah masa panen padi berakhir dan menjelang masa tanam.
Kesenian Bebegig Baladewa dari Ciamis menyajikan tari-tarian dengan kostum berbahan serabut kelapa atau ijuk dan menggunakan topeng kepala singa seperti Topeng Barong. Kesenian yang dilatari perayaan panen ini akan menonjolkan topeng unik berambut gimbal dari susunan bunga rotan atau bunga caruluk yang disebut bubuai.
"Akan ada tampilan Sanggar Etnik Daya Sora (EDAS) yang menambah semarak Bogor Street Festival CGM 2018, menampilkan karya Bonge Saleor," kata Jemmy.
Bongo Saleor merupakan akronim dari "Boboko-Ngentep" Saloer. Boboko, tempat nasi dari bambu yang dalam proses kreatif EDAS, menggambungkan kukusan dari bambu hingga membentuk seperti makluk melata yang biasanya berjalan melingkar. Diiringi oleh tarian hihid yang memiliki daya artistik luar biasa dan keunikan unsur musik, tari dan pertunjukkan.
Koordinator Bidang Acara Bogor Street Festival CGM 2018 Jemmy Carter, di Bogor, Rabu, mengatakan menghadirkan kesenian karnaval, dan mendatangkan kesenian dari Jawa Barat dan nusantara.
"Ada ikut memeriahkan acara Senin Gerakan Nyere (Genye) dari Purwakarta, Ngarak Posong dari Cianjur, dan Bebegig Baladewa dari Ciamis," kata Jemmy.
Kirab budaya Bogor Street Festival CGM merupakan agenda tahunan yang di selenggarakan oleh warga keturunan Tionghoa, Vihara Dhanagun bekerja sama dengan Pemerintah Kota Bogor, serta melibatkan partisipasi masyarakat dari berbagai suku, dan agama.
Menurut Jemmy, penyelenggaraan Bogor Street Festival CGM menjadi daya tarik masyarakat luas untuk datang berwisata ke Kota Bogor. Parade budaya ini berlangsung di sepanjang Jl Suryakencana-Siliwangi hingga Batutulis.
Melalui kirab budaya Bogor Street Festival CGM tahun ini, panitia mencoba untuk menghadirkan berbagai bentuk kesenian khas yang ada di wilayah Jawa Barat sebagai salah satu upaya untuk melestarikan kebudayaan di tataran Sunda.
Seperti Genye Purwakarta merupakan salah satu kesenian khas Purwakarta yang mengedepankan unsur tradisional seperti nyere (sapu lidi), ayakan, injuk, dan lain-lain sebagai material penciptaan karya.
"Kreasi Genye akan disertai manusia lumpur dan serombongan penari Genye menggunakan sapu lidi yang dimaknai sebagai ajakan untuk membersihkan diri," katanya.
Keunikan kesenian Genye Purwarkarta diiringi alat musik bedug, dogdog, timbalis, genjring, terompet, dan gong yang memiliki ritme dinamis. Sedangkan, Ngarak Posong dari Sanggar Hiburan Barudak (Hibar) akan menampilkan berbagai ukuran alat penangkap belut yang disebut posong.
Atraksi ini diiringi gerak tarian dan musik yang atraktif sebagai tradisi dan kesenian khas yang diangkat dari masyarakat Cibeber, Cianjur. Kesenian ini biasa digelar setelah masa panen padi berakhir dan menjelang masa tanam.
Kesenian Bebegig Baladewa dari Ciamis menyajikan tari-tarian dengan kostum berbahan serabut kelapa atau ijuk dan menggunakan topeng kepala singa seperti Topeng Barong. Kesenian yang dilatari perayaan panen ini akan menonjolkan topeng unik berambut gimbal dari susunan bunga rotan atau bunga caruluk yang disebut bubuai.
"Akan ada tampilan Sanggar Etnik Daya Sora (EDAS) yang menambah semarak Bogor Street Festival CGM 2018, menampilkan karya Bonge Saleor," kata Jemmy.
Bongo Saleor merupakan akronim dari "Boboko-Ngentep" Saloer. Boboko, tempat nasi dari bambu yang dalam proses kreatif EDAS, menggambungkan kukusan dari bambu hingga membentuk seperti makluk melata yang biasanya berjalan melingkar. Diiringi oleh tarian hihid yang memiliki daya artistik luar biasa dan keunikan unsur musik, tari dan pertunjukkan.
Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018
Tags: