Pemkab Barito Utara targetkan penutupan lokalisasi PSK Lembah Durian pada 2019
28 Februari 2018 17:18 WIB
Dokumentasi Pekerja menyelesaikan pemasangan ikon nama Kalijodo di kawasan RPTRA dan RTH Kalijodo, Jakarta, Sabtu (24/4/2017). RPTRA dan RTH Kalijodo yang dibangun di bekas tempat lokalisasi menggunakan dana progam sosial perusahaan atau Corporate Social Responbility (CSR) itu dilengkapi dengan sejumlah fasilitas diantaranya taman papan luncur dan sepatu roda (skate park), arena bermain sepeda, dan olahraga luar ruangan. (ANTARA /Aprillio Akbar)
Muara Teweh (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah menargetkan penutupan lokalisasi pekerja seks komersial Lembah Durian di Muara Teweh pada 2019 mendatang.
"Penutupan itu sesuai program Kementerian Sosial RI yakni Indonesia harus bebas lokalisasi prostitusi pada tahun 2019. Oleh sebab itu, mau tidak mau atau suka tidak suka, penutupan tempat prostitusi tetap akan dilakukan," kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan, Masyarakat dan Desa Kabupaten Barito Utara, Eveready Noor di Muara Teweh, Rabu.
Menurut Eveready Noor yang akrab dipanggil Epew lokalisasi yang terletak di jalan negara kilometer 3,5 Muara Teweh - Puruk Cahu yang lebih dikenal dengan sebutan `Merong` itu tidak serta merta langsung ditutup begitu saja.
Tetapi akan dilakukan persiapan terlebih dahulu seperti pendataan, sosialisasi, pendekatan, pembinaan, dan lainnya.
"Sehingga mereka bisa menerima dengan lapang dada. Artinya tidak ada keributan dan lainnya," katanya.
Epew mengatakan pendataan terhadap para pekerja seks ini akan dilakukan mulai tahun ini oleh tim yang sudah di tetapkan pemerintah daerah.
Pendataan ini nantinya apakah para pekerja seks ini akan dipulangkan atau diberikan pelatihan.
"Dari pendataan ini apa yang mereka inginkan. Apakah akan diberikan pelatihan keahlian seperti kursus menjahit, salon, kerohanianan, dan lainnya akan disediakan," kata dia.
Dia juga menambahkan bagi yang meminta untuk dipulangkan ke kampung halaman akan diantar sampai ke Dinas Sosial tempat mereka berasal.
Bangunan (wisma) yang berada di lokasi ini juga perlu dipikirkan. Nantinya akan dijadikan apa. Masalah ini nantinya akan kita bicarakan bersama dengan pemilik wisma dan ketua RT setempat.
"Supaya bangunan yang ada masih dapat digunakan atau dimanfaatkan," kata mantan camat Teweh Tengah ini.
"Penutupan itu sesuai program Kementerian Sosial RI yakni Indonesia harus bebas lokalisasi prostitusi pada tahun 2019. Oleh sebab itu, mau tidak mau atau suka tidak suka, penutupan tempat prostitusi tetap akan dilakukan," kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan, Masyarakat dan Desa Kabupaten Barito Utara, Eveready Noor di Muara Teweh, Rabu.
Menurut Eveready Noor yang akrab dipanggil Epew lokalisasi yang terletak di jalan negara kilometer 3,5 Muara Teweh - Puruk Cahu yang lebih dikenal dengan sebutan `Merong` itu tidak serta merta langsung ditutup begitu saja.
Tetapi akan dilakukan persiapan terlebih dahulu seperti pendataan, sosialisasi, pendekatan, pembinaan, dan lainnya.
"Sehingga mereka bisa menerima dengan lapang dada. Artinya tidak ada keributan dan lainnya," katanya.
Epew mengatakan pendataan terhadap para pekerja seks ini akan dilakukan mulai tahun ini oleh tim yang sudah di tetapkan pemerintah daerah.
Pendataan ini nantinya apakah para pekerja seks ini akan dipulangkan atau diberikan pelatihan.
"Dari pendataan ini apa yang mereka inginkan. Apakah akan diberikan pelatihan keahlian seperti kursus menjahit, salon, kerohanianan, dan lainnya akan disediakan," kata dia.
Dia juga menambahkan bagi yang meminta untuk dipulangkan ke kampung halaman akan diantar sampai ke Dinas Sosial tempat mereka berasal.
Bangunan (wisma) yang berada di lokasi ini juga perlu dipikirkan. Nantinya akan dijadikan apa. Masalah ini nantinya akan kita bicarakan bersama dengan pemilik wisma dan ketua RT setempat.
"Supaya bangunan yang ada masih dapat digunakan atau dimanfaatkan," kata mantan camat Teweh Tengah ini.
Pewarta: Kasriadi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018
Tags: