Emil berkomitmen selesaikan persoalan pengusaha di Cikarang
28 Februari 2018 16:41 WIB
Dokumentasi Calon Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil atau Kang Emil (kanan) berdialog dengan pedagang cabai saat melakukan kunjungan sosialisasi, di Pasar Induk Cibitung, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Selasa (27/2/2018). Dalam kunjungannya Calon Gubernur Jawa Barat bernomor urut satu tersebut mensosialisasikan dirinya sebagai calon Gubernur serta meninjau fasilitas pasar dan mendengarkan keluhan dari sejumlah pedagang terkait pasokan kebutuhan sayuran yang berasal dari Jawa Barat. (ANTARA FOTO/Risky Andrianto)
Bekasi (ANTARA News) - Calon Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan komitmennya untuk menyelesaikan sejumlah persoalan yang dihadapi para pengusaha di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jabar, apabila terpilih dalam Pilkada 2018.
"Saya sengaja berkunjung ke pabrik-pabrik di Bekasi untuk melihat masalahnya. Saya catat masalah di sini. Insha Allah kalau jadi terpilih, dengan kekuasaan saya bisa menolong melalui dukungan kebijakan," katanya di Cikarang, Rabu.
Dalam kunjungannya ke tiga lokasi pabrik metal dan plastik di kawasan Cikarang, Kabupaten Bekasi, pria yang karib disapa Kang Emil itu telah memetakan sejumlah persoalan kalangan pengusaha.
Persoalan itu di antaranya berkaitan dengan mahalnya pengurusan izin usaha industri kecil menengah (IKM), persoalan seputar persaingan tenaga kerja, hingga kesejahteraan kaum buruh.
Emil mengatakan, pengusaha IKM mengeluhkan mahalnya biaya pembuatan izin usaha karena secara aturan masih disamaratakan harganya dengan industri besar.
Salah satu pengusaha IKM di Cikarang, Edison mengatakan izin IKM di wilayah setempat mencapai kisaran ratusan juta rupiah karena setara dengan industri besar.
"Ini jelas memberatkan bagi IKM yang modalnya kecil. Bagi yang tidak mampu urus izin industri, banyak yang memakai izin perdagangan," katanya.
Dengan tidak adanya izin IKM, kata dia, pengusaha kerap kali luput dari bantuan pemerintah untuk IKM sebab syaratnya harus ada izin IKM/UKM.
"Padahal di negara- negara lain IKM itu ada cluster-nya, misalnya IKM Jepang, Korea, dan China. Hanya di kita yang belum punya. Di sini orang usaha masih sering tersandung masalah birokrasi," katanya.
Hal yang sama diungkapkan Direktur PT Mada Wikri Tunggal Krisna Barata.
"Perizinan bagi IKM itu memberatkan karena menyamakan pelaku industri kecil menengah dengan pelaku industri besar. Dengan mengubah perizinan sesuai kapasitas industri, perusahaan dapat menghemat modalnya untuk investasi agar industri tumbuh. Kalau industri tumbuh, kesejahteraan buruh otomatis bisa ditingkatkan," kata Krisna.
Sementara itu, kalangan buruh juga berharap agar Ridwan Kamil dapat meningkatkan kesejahteran para buruh.
"Kalau terpilih, saya berharap Pak Ridwan membawa perubahan bagi kesejahteraan buruh, seperti halnya Pak Ridwan membawa perubahan bagi Bandung," kata salah satu perwakilan buruh Cikarang, Ridwan.
Menyikapi hal itu, Emil mengatakan di wilayah Kabupaten Bekasi perlu ada sekolah keahlian di kawasan-kawasan industri.
"Calon tenaga kerja akan dilatih menyesuaikan dengan mesin-mesin baru di pabrik itu. Sekarang di banyak SMK yang dipakai untuk praktik adalah mesin-mesin lama, padahal industri dan teknologi berkembang cepat," katanya.
Hal itu dikatakan Emil saat tiba di PT Mada, sebuah pabrik yang memproduksi suku cadang untuk industri otomotif.
Pabrik yang memiliki 300 pegawai ini setiap tahun menerima siswa maupun mahasiswa magang dari SMK dan politeknik dari Jawa Barat maupun Jawa Tengah.
"Saya sengaja berkunjung ke pabrik-pabrik di Bekasi untuk melihat masalahnya. Saya catat masalah di sini. Insha Allah kalau jadi terpilih, dengan kekuasaan saya bisa menolong melalui dukungan kebijakan," katanya di Cikarang, Rabu.
Dalam kunjungannya ke tiga lokasi pabrik metal dan plastik di kawasan Cikarang, Kabupaten Bekasi, pria yang karib disapa Kang Emil itu telah memetakan sejumlah persoalan kalangan pengusaha.
Persoalan itu di antaranya berkaitan dengan mahalnya pengurusan izin usaha industri kecil menengah (IKM), persoalan seputar persaingan tenaga kerja, hingga kesejahteraan kaum buruh.
Emil mengatakan, pengusaha IKM mengeluhkan mahalnya biaya pembuatan izin usaha karena secara aturan masih disamaratakan harganya dengan industri besar.
Salah satu pengusaha IKM di Cikarang, Edison mengatakan izin IKM di wilayah setempat mencapai kisaran ratusan juta rupiah karena setara dengan industri besar.
"Ini jelas memberatkan bagi IKM yang modalnya kecil. Bagi yang tidak mampu urus izin industri, banyak yang memakai izin perdagangan," katanya.
Dengan tidak adanya izin IKM, kata dia, pengusaha kerap kali luput dari bantuan pemerintah untuk IKM sebab syaratnya harus ada izin IKM/UKM.
"Padahal di negara- negara lain IKM itu ada cluster-nya, misalnya IKM Jepang, Korea, dan China. Hanya di kita yang belum punya. Di sini orang usaha masih sering tersandung masalah birokrasi," katanya.
Hal yang sama diungkapkan Direktur PT Mada Wikri Tunggal Krisna Barata.
"Perizinan bagi IKM itu memberatkan karena menyamakan pelaku industri kecil menengah dengan pelaku industri besar. Dengan mengubah perizinan sesuai kapasitas industri, perusahaan dapat menghemat modalnya untuk investasi agar industri tumbuh. Kalau industri tumbuh, kesejahteraan buruh otomatis bisa ditingkatkan," kata Krisna.
Sementara itu, kalangan buruh juga berharap agar Ridwan Kamil dapat meningkatkan kesejahteran para buruh.
"Kalau terpilih, saya berharap Pak Ridwan membawa perubahan bagi kesejahteraan buruh, seperti halnya Pak Ridwan membawa perubahan bagi Bandung," kata salah satu perwakilan buruh Cikarang, Ridwan.
Menyikapi hal itu, Emil mengatakan di wilayah Kabupaten Bekasi perlu ada sekolah keahlian di kawasan-kawasan industri.
"Calon tenaga kerja akan dilatih menyesuaikan dengan mesin-mesin baru di pabrik itu. Sekarang di banyak SMK yang dipakai untuk praktik adalah mesin-mesin lama, padahal industri dan teknologi berkembang cepat," katanya.
Hal itu dikatakan Emil saat tiba di PT Mada, sebuah pabrik yang memproduksi suku cadang untuk industri otomotif.
Pabrik yang memiliki 300 pegawai ini setiap tahun menerima siswa maupun mahasiswa magang dari SMK dan politeknik dari Jawa Barat maupun Jawa Tengah.
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018
Tags: