Kenaikan harga BBM dipengaruhi harga minyak dunia
27 Februari 2018 13:12 WIB
Petugas mengisi BBM jenis Pertamax Turbo ke kendaraan konsumen di SPBU Abdul Muis, Jakarta, Minggu (25/2/2018). PT Pertamina (Persero) menaikkan harga BBM nonsubsidi Pertamax, Pertamax Turbo, Pertamina Dex dan Dexlite mulai dari Rp300 hingga Rp750 per liter tergantung jenis BBM dan daerah terhitung sejak Sabtu 24 Februari 2018, untuk menyesuaikan dengan kenaikan harga minyak dunia. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Kupang, NTT (ANTARA News) - PT Pertamina Wilayah NTT, mengatakan, kenaikan harga BBM jenis Pertamax, Sabtu (24/2), dari Rp8.600/liter menjadi Rp8.900/liter mulai pukul 00:00 WIB, akibat kenaikan harga minyak dunia.
"Sebenarnya kenaikan harga Pertamax ini sudah menjadi hal yang biasa terjadi, karena memang kenaikannya disesuaikan dengan harga minyak dunia saat ini," kata Manajer Pemasaran Cabang PT Pertamina NTT, Mardian, di Kupang, Selasa.
Menurut dia, hal ini tak perlu dibesar-besarkan karena kenaikan harga BBM non subsidi ini tak merugikan masyarakat kecil.
Ia mengaku heran pascakenaikan BBM jenis Pertamax dan BBM lainnya yang non subsidi banyak sekali memé serta kritikan kepada pemerintah maupun Presiden Joko Widodo.
"Saya heran mengapa dalam beberapa hari terakhir ini muncul berbagai macam kritik soal kenaikan harga Pertamax, Dexlite, serta BBM non subsidi kecuali Pertalite," ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Eksektutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, di Jakarta, mengatakan, harga BBM non-subsidi berpeluang naik lagi karena dipengaruhi cadangan minyak di pasar dunia yang semakin menipis.
Ia mengatakan, OPEC telah sepakat memotong pasokannya sebanyak 1,8 juta barel sehari, sehingga harga minyak mentah ada di kisaran 67 dolar Amerika Serikat per barel.
"Sebenarnya kenaikan harga Pertamax ini sudah menjadi hal yang biasa terjadi, karena memang kenaikannya disesuaikan dengan harga minyak dunia saat ini," kata Manajer Pemasaran Cabang PT Pertamina NTT, Mardian, di Kupang, Selasa.
Menurut dia, hal ini tak perlu dibesar-besarkan karena kenaikan harga BBM non subsidi ini tak merugikan masyarakat kecil.
Ia mengaku heran pascakenaikan BBM jenis Pertamax dan BBM lainnya yang non subsidi banyak sekali memé serta kritikan kepada pemerintah maupun Presiden Joko Widodo.
"Saya heran mengapa dalam beberapa hari terakhir ini muncul berbagai macam kritik soal kenaikan harga Pertamax, Dexlite, serta BBM non subsidi kecuali Pertalite," ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Eksektutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, di Jakarta, mengatakan, harga BBM non-subsidi berpeluang naik lagi karena dipengaruhi cadangan minyak di pasar dunia yang semakin menipis.
Ia mengatakan, OPEC telah sepakat memotong pasokannya sebanyak 1,8 juta barel sehari, sehingga harga minyak mentah ada di kisaran 67 dolar Amerika Serikat per barel.
Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018
Tags: