Menkeu Sri Mulyani menekankan pelaksanaan pengadaan barang jasa
26 Februari 2018 11:56 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan paparan kepada media tentang Realisasi APBN Per Januari 2018 di Kementerian Keuangan, Jakarta, Selesa (20/2). Dalam paparannya Sri Mulyani mengatakan APBN 2018 sebesar Rp 2.220,6 triliun, dimana belanja tersebut terdiri dari pemerintah pusat Rp 1.454,4 triliun yang terdiri Kementerian Lembaga (K/L) Rp 847,4 triliun dan non K/L Rp 607,05 triliun. (ANTARA/Muhammad Adimaja) ()
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Sri Mulyani menekankan pentingnya pelaksanaan yang baik dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah karena jumlah anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan tersebut besar.
Dalam Lokakarya Pengadaan Barang Jasa Nasional di Gedung Dhanapala Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin, Sri Mulyani menyebutkan bahwa total anggaran dalam APBN 2018 untuk belanja barang, jasa, dan modal mencapai lebih dari Rp750 triliun.
Mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu mengatakan total belanja APBN 2018 adalah sebesar Rp2.220,7 triliun, yang terdiri dari belanja pemerintah pusat Rp1.454,5 triliun dan transfer daerah serta dana desa Rp766,2 triliun.
Dari belanja pemerintah pusat Rp1.454,5 triliun tersebut, sebesar Rp847,4 triliun adalah porsi belanja kementerian dan lembaga.
Sri Mulyani menjelaskan bahwa belanja modal untuk tahun ini mencapai Rp204 triliun atau 24,1 persen dari belanja pemerintah pusat. Sementara untuk operasional barang mencapai Rp320 triliun (37 persen dari belanja pemerintah pusat).
Sehingga pada tahun ini negara akan membelanjakan Rp750 triliun, terdiri dari tingkat pemerintah pusat Rp524 triliun dan belanja barang dan modal di daerah Rp229 triliun atau diasumsikan sepertiga dari total transfer daerah.
"Di sinilah peranan pengadaan barang dan jasa di lingkungan pemerintah menjadi penting untuk dilakukan secara baik, karena akan berarti dalam menggerakkan perekonomian nasional, menciptakan kepercayaann terhadap iklim kompetisi sehat, dan efisiensi," ucap Sri Mulyani.
Ia juga menyebutkan mengenai perbaikan penyerapan dari sisi belanja operasional dan belanja modal.
Belanja operasional dari 2016 ke 2017 terjadi perbaikan dari sisi penyerapan, yaitu dari 85,3 persen menjadi 96,9 persen.
Sementara untuk belanja modal terjadi peningkatan dalam tiga tahun terakhir, yaitu dari sebesar 78 persen bisa terbelanjakan pada 2015 menjadi 82 persen (2016) dan 92 persen (2017).
"Jadi dari sisi penyerapan anggaran terjadi perbaikan," kata Sri Mulyani.
Ia berharap efektivitas belanja pemerintah mampu mendorong Indonesia untuk menjadi negara yang proses pengadaannya menjalakan persaingan yang sehat.
Dalam Lokakarya Pengadaan Barang Jasa Nasional di Gedung Dhanapala Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin, Sri Mulyani menyebutkan bahwa total anggaran dalam APBN 2018 untuk belanja barang, jasa, dan modal mencapai lebih dari Rp750 triliun.
Mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu mengatakan total belanja APBN 2018 adalah sebesar Rp2.220,7 triliun, yang terdiri dari belanja pemerintah pusat Rp1.454,5 triliun dan transfer daerah serta dana desa Rp766,2 triliun.
Dari belanja pemerintah pusat Rp1.454,5 triliun tersebut, sebesar Rp847,4 triliun adalah porsi belanja kementerian dan lembaga.
Sri Mulyani menjelaskan bahwa belanja modal untuk tahun ini mencapai Rp204 triliun atau 24,1 persen dari belanja pemerintah pusat. Sementara untuk operasional barang mencapai Rp320 triliun (37 persen dari belanja pemerintah pusat).
Sehingga pada tahun ini negara akan membelanjakan Rp750 triliun, terdiri dari tingkat pemerintah pusat Rp524 triliun dan belanja barang dan modal di daerah Rp229 triliun atau diasumsikan sepertiga dari total transfer daerah.
"Di sinilah peranan pengadaan barang dan jasa di lingkungan pemerintah menjadi penting untuk dilakukan secara baik, karena akan berarti dalam menggerakkan perekonomian nasional, menciptakan kepercayaann terhadap iklim kompetisi sehat, dan efisiensi," ucap Sri Mulyani.
Ia juga menyebutkan mengenai perbaikan penyerapan dari sisi belanja operasional dan belanja modal.
Belanja operasional dari 2016 ke 2017 terjadi perbaikan dari sisi penyerapan, yaitu dari 85,3 persen menjadi 96,9 persen.
Sementara untuk belanja modal terjadi peningkatan dalam tiga tahun terakhir, yaitu dari sebesar 78 persen bisa terbelanjakan pada 2015 menjadi 82 persen (2016) dan 92 persen (2017).
"Jadi dari sisi penyerapan anggaran terjadi perbaikan," kata Sri Mulyani.
Ia berharap efektivitas belanja pemerintah mampu mendorong Indonesia untuk menjadi negara yang proses pengadaannya menjalakan persaingan yang sehat.
Pewarta: Roberto Calvinantya Basuki
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018
Tags: