Jakarta (ANTARA News) - Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando di Jakarta, Jumat, mengatakan peran buku teks tidak akan tergantikan oleh buku elektronik di tengah maraknya media digital saat ini.

"Kami tidak mengatakan buku-buku tebal tidak akan ada di perpustakaan, di era digital ini, justru kami memastikan bahwa buku teks tidak akan tergantikan. Jadi kami pastikan antara buku teks dan digital akan berjalan beriringan," kata Syarif di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Jumat.

Digital adalah sebuah format baru di bidang pustaka, sehingga bentuk buku teks tidak akan punah, katanya. Apalagi, untuk membuat buku berbasis digital atau "e-book", penerbit diharuskan memiliki hak cipta atau "copyright".

"Oleh karena itu, buku yang bisa kita dapatkan untuk `full text content` itu, dipastikan harus mendapat ijin `copyright` dari penerbitnya. Dan itu tidak gampang. Sehingga perlu dipahami bahwa untuk mengaplikasikan buku berbasis digital, itu tidak bisa dipisahkan dari `copyright`," jelasnya.

Belum lagi muncul persepsi umum bahwa buku teks yang diubah dalam bentuk digital, akan menjadi kurang laku di pasaran. Syarif membantah hal itu, karena sesungguhnya digitalisasi buku teks justru memperluas pasar penjualan buku.

"Padahal di seluruh dunia, apabila bukunya sudah teraplikasi dalam bentuk `full text content`, maka kemungkinan untuk cetaknya akan lebih laris. Contohnya Harry Potter yang ditulis JK Rowling," katanya.

Oleh karena itu, guna mengikuti perkembangan teknologi digital, Perpusnas telah memiliki portal INLISLite yang memungkinan pembaca dari seluruh daerah di Indonesia dapat mengakses buku koleksi milik perpustakaan daerah lain.

"Dengan 828 lembaga perpustakaan yang tergabung dengan kami, maka masyarakat di daerah tidak perlu datang ke Jakarta untuk membaca buku di Perpusnas. Bisa saja perpustakaan di Papua membaca koleksi di Aceh, orang Aceh bisa membaca koleksi yang di Kalimantan, melalui portal INLISLite kami," ujar Syarif.