FSTM berharap masjid sebagai tempat dakwah menyejukkan
22 Februari 2018 20:00 WIB
Arsip: Masjid Agung Baitul Makmur tampak dari kejauhan di Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, Kamis (1/2/2018). (ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas) ()
Jakarta (ANTARA News) - Forum Silaturahim Takmir Masjid (FSTM) mengajak seluruh pihak, khususnya pengurus masjid, untuk mengembalikan masjid sebagai tempat berdakwah mengenai Islam yang rahmatan lil alamin dan menyejukkan.
"Menjadi tugas penting masyarakat khususnya takmir/pengurus masjid untuk mengembalikan masjid sebagai tempat beribadah kepada Tuhan dan berdakwah yang menyejukkan," kata Koordinator FSTM Husni Mubarok, dalam keterangan persnya di Jakarta, Kamis.
Husni mengatakan belakangan ini muncul paham-paham radikal keagamaan yang memanfaatkan ruang spiritual, terutama masjid dan mushola, yang digunakan sebagai tempat menyebarkan paham atau ideologi menyimpang dari Islam Ahlus sunnah wal jamaah dan Islam yang Rahmatan lil alamin ke dalam ruang publik yang lebih luas.
Mereka berargumen bahwa apa yang mereka lakukan sebagai bentuk kebebasan berekspresi yang dijamin undang-undang. Namun argumen ini, kata dia, hanya retorika untuk mengelak dari tudingan sebagai kelompok yang anti NKRI.
"Karena dalam kenyataannya mereka menggunakan slogan dan simbol agama dan tidak jarang dinyatakan dengan bahasa kebencian dan permusuhan terhadap pihak lain yang berbeda," terang Husni.
Maraknya ceramah hasutan serta ujaran kebencian di masjid tertentu membuktikan semakin menguatnya paham agama yang berciri radikal dan membahayakan persatuan dan kesatuan.
Dia menekankan bahwa masjid sebagai tempat beribadah kepada Tuhan dan dakwah-dakwah yang menyejukkan beralih fungsi menjadi ajang khotbah penyebar kebencian dan permusuhan.
Menurut dia, masyarakat khususnya takmir/pengurus masjid perlu mengikis habis praktik penyebaran kebencian melalui media dakwah di masjid sebelum tumbuh menjadi besar.
Dia menekankan masjid harus tetap menjadi tempat menyampaikan pesan-pesan dari ajaran Islam yang rahmatan lil alamin. Menurutnya, Islam tidak menafikan gerakan politik yang dirajut dari masjid ke masjid, namun politik itu tentu untuk kemashlahatan ummat dan kebaikan bagi bangsa dan negara, bukan sebaliknya, politik yang memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.
Oleh karena itu Forum Silaturahim Takmir Masjid Jakarta menyelenggarakan acara Peningkatan Kapasitas Takmir Masjid Jakarta dalam rangka mendorong takmir masjid mewujudkan masjid sebagai media penyebaran Islam yang Rahmatan lil alamin dan pemersatu bangsa.
Acara bertema "Mewujudkan Masjid Sebagai Media Penyebaran Islam Rahmatan Lil Alamin dan Pemersatu Bangsa" diselenggarakan di Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Kamis.
Narasumber dalam acara itu antara lain, KH Ahmad Ishomuddin, M.Ag (Rois PBNU), Dr Habib Ali Hasan Bin Bahar (Bidang Dakwah Robitho Alawiyah PBNU), KH Makmun Al Ayubi (Ketua DMI DKI Jakarta), KH Faiz Syukron Makmun (Pengasuh Ponpes Darul Rahman Jakarta), KH Ahmad Fauzi (Pengasuh Ponpes Darul Qudwah), KH Sholeh Sofyan (Dai).
"Menjadi tugas penting masyarakat khususnya takmir/pengurus masjid untuk mengembalikan masjid sebagai tempat beribadah kepada Tuhan dan berdakwah yang menyejukkan," kata Koordinator FSTM Husni Mubarok, dalam keterangan persnya di Jakarta, Kamis.
Husni mengatakan belakangan ini muncul paham-paham radikal keagamaan yang memanfaatkan ruang spiritual, terutama masjid dan mushola, yang digunakan sebagai tempat menyebarkan paham atau ideologi menyimpang dari Islam Ahlus sunnah wal jamaah dan Islam yang Rahmatan lil alamin ke dalam ruang publik yang lebih luas.
Mereka berargumen bahwa apa yang mereka lakukan sebagai bentuk kebebasan berekspresi yang dijamin undang-undang. Namun argumen ini, kata dia, hanya retorika untuk mengelak dari tudingan sebagai kelompok yang anti NKRI.
"Karena dalam kenyataannya mereka menggunakan slogan dan simbol agama dan tidak jarang dinyatakan dengan bahasa kebencian dan permusuhan terhadap pihak lain yang berbeda," terang Husni.
Maraknya ceramah hasutan serta ujaran kebencian di masjid tertentu membuktikan semakin menguatnya paham agama yang berciri radikal dan membahayakan persatuan dan kesatuan.
Dia menekankan bahwa masjid sebagai tempat beribadah kepada Tuhan dan dakwah-dakwah yang menyejukkan beralih fungsi menjadi ajang khotbah penyebar kebencian dan permusuhan.
Menurut dia, masyarakat khususnya takmir/pengurus masjid perlu mengikis habis praktik penyebaran kebencian melalui media dakwah di masjid sebelum tumbuh menjadi besar.
Dia menekankan masjid harus tetap menjadi tempat menyampaikan pesan-pesan dari ajaran Islam yang rahmatan lil alamin. Menurutnya, Islam tidak menafikan gerakan politik yang dirajut dari masjid ke masjid, namun politik itu tentu untuk kemashlahatan ummat dan kebaikan bagi bangsa dan negara, bukan sebaliknya, politik yang memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.
Oleh karena itu Forum Silaturahim Takmir Masjid Jakarta menyelenggarakan acara Peningkatan Kapasitas Takmir Masjid Jakarta dalam rangka mendorong takmir masjid mewujudkan masjid sebagai media penyebaran Islam yang Rahmatan lil alamin dan pemersatu bangsa.
Acara bertema "Mewujudkan Masjid Sebagai Media Penyebaran Islam Rahmatan Lil Alamin dan Pemersatu Bangsa" diselenggarakan di Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Kamis.
Narasumber dalam acara itu antara lain, KH Ahmad Ishomuddin, M.Ag (Rois PBNU), Dr Habib Ali Hasan Bin Bahar (Bidang Dakwah Robitho Alawiyah PBNU), KH Makmun Al Ayubi (Ketua DMI DKI Jakarta), KH Faiz Syukron Makmun (Pengasuh Ponpes Darul Rahman Jakarta), KH Ahmad Fauzi (Pengasuh Ponpes Darul Qudwah), KH Sholeh Sofyan (Dai).
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018
Tags: