Jakarta (ANTARA News) - Perusahaan ritel dalam jaringan (daring) berinternet atau online diprediksi berpotensi menjadi penggerak perekonomian nasional, mengingat jumlahnya yang semakin lama semakin banyak bermunculan.



“Perusahaan retail online akan terus bermunculan dan sedikit demi sedikit akan bertransformasi menjadi salah satu sektor penggerak ekonomi nasional,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Rabu.




Dengan populasi dan produk domestik bruto (PDB) terbesar di Asia Tenggara, Indonesia merupakan pasar potensial bagi sektor ekonomi digital.




Bahkan, pemerintah menargetkan Indonesia sebagai pusat ekonomi digital di Asia Tenggara pada tahun 2020.




Berdasarkan data Kepios (September 2017), jumlah populasi di Indonesia mencapai 264 juta jiwa, dan merupakan jumlah populasi terbesar di kawasan Asia Tenggara.




Dari jumlah tersebut, sebanyak 55 persen merupakan kaum urban yang tinggal di daerah perkotaan yang notabene sudah sangat melek terhadap perangkat-perangkat digital (digital devices).




“Penetrasi pengguna internet di Indonesia mencapai 133 juta jiwa atau sekitar 50 persen dari total populasi. Sementara pengguna aktif media sosial mencapai 115 juta jiwa atau sekitar 44 persen dari total populasi,” papar Airlangga.




Kemudian, ia mengemukakan, untuk penggunaan telepon seluler kelas cerdas (smartphone) sudah mencapai 371 juta atau 141 persen dari total populasi.




Sedangkan, pengguna media sosial aktif dengan menggunakan ponsel mencapai 106 juta atau 40 persen dari pengguna smartphone terdaftar.




Dengan iklim tersebut, ia menambahkan bahwa Indonesia berpeluang menjadi negara ketiga terbesar di dunia setelah China dan Amerika Serikat yang memiliki pendapatan dari bisnis daring.