Jakarta (ANTARA News) - PT Bank Ganesha Tbk meraup laba bersih setelah pajak (audited) sebesar Rp51,1 miliar sepanjang 2017 atau tumbuh 30 persen dari Rp 39,2 miliar pada 2016.

"Peningkatan laba bersih ini ditopang oleh kapasitas pendapatan yang kuat dan disiplin untuk mengurangi dan merampingkan biaya operasional sambil terus berinvestasi dalam pengembangan infrastruktur dan kapabilitas perbankan," ujar Presiden Direktur Bank Ganesha Surjawaty Tatang dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.

Surjawaty menjelaskan, total pendapatan operasional perusahaan meningkat 38 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 247,8 miliar. Dari nilai tersebut, pendapatan bunga bersih meningkat 32 persen (yoy) menjadi Rp211,6 miliar dari Rp160,9 miliar setahun sebelumnya.

Selain itu pendapatan berbasis biaya meningkat tajam sebesar 91 persen (yoy) menjadi Rp36,2 miliar dari Rp18,9 miliar.

"Tumbuhnya pendapatan berbasis biaya didorong oleh kinerja yang baik dalam pendapatan biaya, komisi dan keuntungan dari efek-efek yang dimiliki," ujar dia.

Selanjutnya, dari sisi rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) mencapai 30,1 persen. Peningkatan CAR ini akibat adanya penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) pada semester I 2016 yang mampu mendorong perseroan menjadi kategori BUKU II dengan jumlah ekuitas sebesar Rp1,11 triliun sampai akhir 2017.

Basis permodalan yang jauh lebih kuat, kata dia, membuat bank lebih mudah mengembangkan portofolio kredit sebesar 20 persen (yoy) menjadi Rp2,9 triliun pada akhir Desember 2017. Portofolio kredit ini terdiversifikasi dengan baik dan disalurkan ke beragam sektor.

"Total aset kami juga meningkat mencapai Rp4,58 triliun, naik delapan persen (yoy) dari Rp4,23 triliun setahun sebelumnya," kata dia.

Di sisi kewajiban, total pendanaan bank juga meningkat secara substansial mencapai Rp3,38 triliun per akhir Desember 2017, atau meningkat 24 persen (yoy). Hal ini didukung oleh pertumbuhan yang kuat terutama pada produk tabungan sebesar 121 persen (yoy) menjadi Rp463 miliar.

Giro juga meningkat tajam sebesar 56 persen (yoy) menjadi Rp784 miliar sedangkan deposito berjangka meningkat hanya enam persen (yoy) menjadi Rp2,13 triliun. Oleh karena itu, rasio CASA membaik menjadi 36,9 persen pada akhir 2017 dibandingkan dengan 26,1 persen pada tahun sebelumnya.