Jakarta (ANTARA News) - Pernyataan bahwa siklus krisis ekonomi di Indonesia akan terjadi setiap 10 tahun sekali tidak relevan jika melihat solidnya kondisi ekonomi saat ini, kata Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo.

Menurut Agus di Jakarta, Rabu, fundamental perekonomian saat ini dalam kondisi baik.

Ia mengatakan pemerintah serta regulator di industri keuangan juga memiliki orientasi sikap yang sejalan untuk mengedepankan stabilitas perekonomian.

"Stabilitas sistem keuangan dan makro ekonomi Indonesia saat ini begitu kuat. Seperti fundamental ekonomi kita. Semua menunjukkan kondisi yang baik," ujar dia usai memberikan kuliah umum di STIE Perbanas.

Indonesia pernah dilanda krisis ekonomi dalam beberapa tahun terakhir yakni 1998 dan 2008. Pada 2018, Indonesia akan melewati tahun dengan padatnya agenda politik, yang dinilai akan memberikan dampak terhadap roda perekonomian.

Agus mengatakan Indonesia juga saat ini sudah lebih siap untuk menghadapi tekanan ekonomi karena memiliki protokol pencegahan krisis sesuai Undang-Undang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan (PPKSK).

"Kita juga memiliki sumber data yang baik. Kita juga punya sistem dan peraturan untuk kehati-hatian dalam mengambil pinjaman ke luar negeri. Jadi ini yang buat sistem ketahanan kita berjalan baik," ujarnya.

Terkait masifnya agenda politik praktis tahun ini, Agus mengatakan Indonesia sudah berpengalaman untuk melewati dinamika politik. Pada tahun ini, Indonesia akan menggelar 171 Pemilihan Kepala Daerah dan besiap untuk Pemilihan Presiden pada 2019.

"Indonesia sudah bisa memisahkan agenda politik dan stabilitas perekonomian," kata Agus, seraya menambahkan bahwa BI akan tetap menjadi lembaga independen dalam menjaga stabilitas perekonomian.

Hingga akhir Februari 2018 indikator ekonomi Indonesia, kata Agus, terjaga baik. Inflasi sebesar 3,25 persen (yoy) per Januari 2018, cadangan devisa 131,9 miliar dolar AS per Januari 2018, kurs rupiah Rp13.573 per dolar AS, serta pertumbuhan ekonomi 2017 yang sebesar 5,07 persen (yoy).