Kemenperin genjot industri aluminium
20 Februari 2018 21:43 WIB
Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika Kementerian Perindustrian, Harjanto (kanan) dan Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium Budi Gunadi Sadikin (kiri) usai kunjungan ke perusahaan tersebut di Kuala Tanjung, Medan, Sumatera Utara, Selasa (20/2). (ANTARA News/Natisha Andarningtyas)
Medan (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian berupaya menggenjot dua fokus utama di sektor industri logam, yakni baja dan aluminium agar dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri.
"Aluminium ada hampir di semua kehidupan kita, baja juga," kata Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika Kemenperin, Harjanto, saat kunjungan ke PT Indonesia Asahan Aluminiun (Inalum) di Kuala Tanjung, Medan, Sumatera Utara, Selasa (20/2).
Direktur Utama PT Inalum Budi Gunadi Sadikin pada acara yang sama menyatakan kebutuhan aluminium dalam negeri saat ini sebesar 900 ribu ton per tahun, namun, mereka baru dapat memenuhi hingga 260 ribu ton.
Menurut data Kemenperin, nilai impor aluminium Indonesia pada 2017 lalu mencapai 428 juta dolar.
Demi meningkatkan produksi aluminium, Kemenperin menggalakkan penggunaan mesin dalam negeri serta membangun standardisasi nasional agar dapat menahan produk impor.
Sementara untuk baja, seperti yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan nomor 22 tahun 2018, mereka akan mengirim basis data mengenai produksi dalam negeri sehingga jumlah impor akan dapat dikontrol secara berkala.
"Selama ini kami kontrol per perusahaan, nanti kami akan kontrol per sektor, jadi, lebih bisa mengandalkan importasi," kata Harjanto.
Melihat kebutuhan aluminium antara lain untuk konstruksi, otomotif, perkapalan, infrastruktur maupun rumah tangga, Harjanto berharap Inalum dapat meningkatkan produksi dalam negeri.
Ia mendorong kapasitas produksi Inalum mencapai 2 juta ton pada tahun 2025 mendatang.
Untuk mencapai target 2 juta ton tersebut, Inalum menyatakan akan menambah kapasitas produksi pabrik di Medan menjadi 500 ribu.
Budi mengatakan mereka juga merencanakan pembangunan pabrik di Kalimantan Utara berkapasitas 500 ribu hingga 1 juta ton.
"Aluminium ada hampir di semua kehidupan kita, baja juga," kata Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika Kemenperin, Harjanto, saat kunjungan ke PT Indonesia Asahan Aluminiun (Inalum) di Kuala Tanjung, Medan, Sumatera Utara, Selasa (20/2).
Direktur Utama PT Inalum Budi Gunadi Sadikin pada acara yang sama menyatakan kebutuhan aluminium dalam negeri saat ini sebesar 900 ribu ton per tahun, namun, mereka baru dapat memenuhi hingga 260 ribu ton.
Menurut data Kemenperin, nilai impor aluminium Indonesia pada 2017 lalu mencapai 428 juta dolar.
Demi meningkatkan produksi aluminium, Kemenperin menggalakkan penggunaan mesin dalam negeri serta membangun standardisasi nasional agar dapat menahan produk impor.
Sementara untuk baja, seperti yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan nomor 22 tahun 2018, mereka akan mengirim basis data mengenai produksi dalam negeri sehingga jumlah impor akan dapat dikontrol secara berkala.
"Selama ini kami kontrol per perusahaan, nanti kami akan kontrol per sektor, jadi, lebih bisa mengandalkan importasi," kata Harjanto.
Melihat kebutuhan aluminium antara lain untuk konstruksi, otomotif, perkapalan, infrastruktur maupun rumah tangga, Harjanto berharap Inalum dapat meningkatkan produksi dalam negeri.
Ia mendorong kapasitas produksi Inalum mencapai 2 juta ton pada tahun 2025 mendatang.
Untuk mencapai target 2 juta ton tersebut, Inalum menyatakan akan menambah kapasitas produksi pabrik di Medan menjadi 500 ribu.
Budi mengatakan mereka juga merencanakan pembangunan pabrik di Kalimantan Utara berkapasitas 500 ribu hingga 1 juta ton.
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018
Tags: