Kebakaran lahan di Riau capai 633 hektare
20 Februari 2018 14:56 WIB
Warga berusaha membasahi lahan gambut agar api kebakaran lahan tidak merembet ke area kebun nanas di Pekanbaru, Riau, Senin (19/2/2018). Pemerintah provinsi Riau menetapkan status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan mulai 19 Februari hingga 31 Mei 2018. (ANTARA FOTO/Rony Muharrman) ()
Pekanbaru (ANTARA News) - Kebakaran lahan dan hutan di Provinsi Riau tahun ini terus meluas, dan terhitung sejak 14 Januari hingga hari ini sudah mencapai 633 hektare.
Berdasarkan pantuan Antara, Selasa, kebakaran lahan dan hutan yang kini paling parah dan belum bisa dikendalikan berada di Desa Sepahat yang merupakan daerah perbatasan Kabupaten Bengkalis dan Kota Dumai. Satuan Tugas Kebakaran Lahan dan Hutan (Satgas Karhutla) Riau mendapat bantuan dari perusahaan APP Sinarmas yang menggunakan helikopter Superpuma untuk menjatuhkan bom air dari udara.
Lokasi kebakaran di daerah tersebut makin jauh dari akses jalan, sehingga menyulitkan tim gabungan yang berada di darat karena peralatan sangat terbatas.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau di Pekanbaru, luas kebakaran bertambah di antaranya di Perumahan Altaf Agencie RT 04, Kota Dumai seluas 12 hektare (Ha). Kemudian kebakaran lahan di Dusun Kualarenanggan RT 05, Desa Lubuk Kembang Bunga Kabupaten Pelalawan seluas 30 Ha, Jl. Simpang Lecek Ujung Desa Sungai Segajah Jaya, Kabupaten Rokan Hilir seluas lima Ha, dan Desa Sri Tanjung Rupat Kabupaten Bengkalis seluas 30 Ha.
Rekapitulasi luas lahan terbakar di Kabupaten/kota di Riau antara lain berada di Rokan Hulu (1 Ha), Rokan Hilir (21 Ha), Dumai (86.25 Ha), Bengkalis (88 Ha), Kepulauan Meranti (211,5 Ha), Siak (2,5 Ha), Pekanbaru (31 Ha), Kampar (15,25 Ha), Pelalawan (31 Ha), Indragiri Hulu (121,5 Ha), dan Indragiri Hilir (24 Ha).
Meski begitu, kondisi di Kota Pekanbaru kini tidak lagi terlihat asap karena turun hujan pada pagi hari. Hingga siang ini langit Pekanbaru tertutup mendung.
Terhitung sejak 19 Februari hingga 31 Mei 2018, Riau sudah berada pada status Siaga Darurat Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla). Pemerintah Provinsi Riau menetapkan kondisi ini karena pada awal tahun 2018 terjadi peningkatan jumlah titik panas (hotspot) dan luas Karhutla yang sangat naik signifikan.
Provinsi Riau membutuhkan dukungan Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) untuk penyediaan helikopter "pengebom air", dan teknologi modifikasi cuaca untuk mencegah kebakaran lahan dan hutan semakin meluas.
"Saya akan segera bertemu dengan Kepala BNPB untuk meminta bantuan helikopter untuk water bombing, helikopter patroli dan modifikasi cuaca," kata Kepala BPBD Riau, Edwar Sanger.
Berdasarkan pantuan Antara, Selasa, kebakaran lahan dan hutan yang kini paling parah dan belum bisa dikendalikan berada di Desa Sepahat yang merupakan daerah perbatasan Kabupaten Bengkalis dan Kota Dumai. Satuan Tugas Kebakaran Lahan dan Hutan (Satgas Karhutla) Riau mendapat bantuan dari perusahaan APP Sinarmas yang menggunakan helikopter Superpuma untuk menjatuhkan bom air dari udara.
Lokasi kebakaran di daerah tersebut makin jauh dari akses jalan, sehingga menyulitkan tim gabungan yang berada di darat karena peralatan sangat terbatas.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau di Pekanbaru, luas kebakaran bertambah di antaranya di Perumahan Altaf Agencie RT 04, Kota Dumai seluas 12 hektare (Ha). Kemudian kebakaran lahan di Dusun Kualarenanggan RT 05, Desa Lubuk Kembang Bunga Kabupaten Pelalawan seluas 30 Ha, Jl. Simpang Lecek Ujung Desa Sungai Segajah Jaya, Kabupaten Rokan Hilir seluas lima Ha, dan Desa Sri Tanjung Rupat Kabupaten Bengkalis seluas 30 Ha.
Rekapitulasi luas lahan terbakar di Kabupaten/kota di Riau antara lain berada di Rokan Hulu (1 Ha), Rokan Hilir (21 Ha), Dumai (86.25 Ha), Bengkalis (88 Ha), Kepulauan Meranti (211,5 Ha), Siak (2,5 Ha), Pekanbaru (31 Ha), Kampar (15,25 Ha), Pelalawan (31 Ha), Indragiri Hulu (121,5 Ha), dan Indragiri Hilir (24 Ha).
Meski begitu, kondisi di Kota Pekanbaru kini tidak lagi terlihat asap karena turun hujan pada pagi hari. Hingga siang ini langit Pekanbaru tertutup mendung.
Terhitung sejak 19 Februari hingga 31 Mei 2018, Riau sudah berada pada status Siaga Darurat Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla). Pemerintah Provinsi Riau menetapkan kondisi ini karena pada awal tahun 2018 terjadi peningkatan jumlah titik panas (hotspot) dan luas Karhutla yang sangat naik signifikan.
Provinsi Riau membutuhkan dukungan Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) untuk penyediaan helikopter "pengebom air", dan teknologi modifikasi cuaca untuk mencegah kebakaran lahan dan hutan semakin meluas.
"Saya akan segera bertemu dengan Kepala BNPB untuk meminta bantuan helikopter untuk water bombing, helikopter patroli dan modifikasi cuaca," kata Kepala BPBD Riau, Edwar Sanger.
Pewarta: Febrianto Budi Anggoro
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018
Tags: