CLS kecewa kinerja wasit
19 Februari 2018 23:03 WIB
Dokumentasi--Pebasket CLS Knights Indonesia Mario Wuysang (tengah) berusaha melewati hadangan pebasket Singapore Slingers Alfres Jordan Mandani (kiri) dalam lanjutan Asean Basketball League (ABL) di GOR Kertajaya Surabaya, Jawa Timur, MInggu (14/1/2018). (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat) ()
Jakarta (ANTARA News) - Pihak CLS Knights Indonesia mengungkapkan kekecewaan terhadap kinerja wasit yang memimpin laga Liga Bola Basket ASEAN (ABL) 2017-2018 CLS versus tim Vietnam Saigon Heat yang digelar Sabtu (19/2) di GOR Kertajaya, Surabaya.
"Bukan bermaksud menyudutkan, tetapi khususnya di tiga menit terakhir kuarter keempat, wasit memimpin laga dengan tidak jeli," ujar Managing Partner CLS Knights Indonesia Christopher Tanuwidjaja dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.
Pria yang akrab disapa Itop itu menilai keputusan wasit yang menurutnya tidak benar juga disaksikan oleh seluruh penonton di GOR Kertajaya.
"Para penonton yang melihat langsung gim itu juga sudah pintar. Mereka kecewa dengan beberapa keputusan wasit (bad call) yang sangat merugikan kami," tutur Itop.
Namun, meski dirugikan, CLS tidak akan mengajukan protes resmi kepada ABL. Alasannya, untuk mengajukan protes resmi, sesuai peraturan ABL, setiap klub harus membayar lima ribu dolar AS paling lama 30 menit setelah laga selesai.
Lalu, tak ada pula jaminan keluhan tersebut akan diterima.
"Kalau diterima oke, tapi kalau tidak?" kata Itop.
Oleh karena itu, alih-alih memprotes, CLS memilih untuk fokus ke pertandingan-pertandingan selanjutnya. Apalagi peluang CLS menuju "play off" ABL 2017-2018 semakin berat karena belum menambah catatan kemenangannya yang baru tiga kali.
"Masih banyak pekerjaan rumah yang harus kami benahi," ujar Itop.
CLS Knights Indonesia sendiri takluk dari Saigon Heat dengan skor 88-93. Hasil tersebut membuat CLS berada di peringkat ketujuh klasemen sementara ABL 2017-2018, dari sembilan tim peserta, dengan catatan tiga kemenangan dari 13 pertandingan.
Walaupun kalah, CLS mengukir satu prestasi di laga tersebut melalui "point guard" andalannya Mario Wuysang.
Sebanyak 20 poin Mario di pertandingan itu membuatnya sudah menorehkan lebih dari 1.000 poin di ABL. Dia adalah pemain Indonesia pertama yang melakukannya di ABL.
"Bukan bermaksud menyudutkan, tetapi khususnya di tiga menit terakhir kuarter keempat, wasit memimpin laga dengan tidak jeli," ujar Managing Partner CLS Knights Indonesia Christopher Tanuwidjaja dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.
Pria yang akrab disapa Itop itu menilai keputusan wasit yang menurutnya tidak benar juga disaksikan oleh seluruh penonton di GOR Kertajaya.
"Para penonton yang melihat langsung gim itu juga sudah pintar. Mereka kecewa dengan beberapa keputusan wasit (bad call) yang sangat merugikan kami," tutur Itop.
Namun, meski dirugikan, CLS tidak akan mengajukan protes resmi kepada ABL. Alasannya, untuk mengajukan protes resmi, sesuai peraturan ABL, setiap klub harus membayar lima ribu dolar AS paling lama 30 menit setelah laga selesai.
Lalu, tak ada pula jaminan keluhan tersebut akan diterima.
"Kalau diterima oke, tapi kalau tidak?" kata Itop.
Oleh karena itu, alih-alih memprotes, CLS memilih untuk fokus ke pertandingan-pertandingan selanjutnya. Apalagi peluang CLS menuju "play off" ABL 2017-2018 semakin berat karena belum menambah catatan kemenangannya yang baru tiga kali.
"Masih banyak pekerjaan rumah yang harus kami benahi," ujar Itop.
CLS Knights Indonesia sendiri takluk dari Saigon Heat dengan skor 88-93. Hasil tersebut membuat CLS berada di peringkat ketujuh klasemen sementara ABL 2017-2018, dari sembilan tim peserta, dengan catatan tiga kemenangan dari 13 pertandingan.
Walaupun kalah, CLS mengukir satu prestasi di laga tersebut melalui "point guard" andalannya Mario Wuysang.
Sebanyak 20 poin Mario di pertandingan itu membuatnya sudah menorehkan lebih dari 1.000 poin di ABL. Dia adalah pemain Indonesia pertama yang melakukannya di ABL.
Pewarta: Michael Teguh Adiputra S
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018
Tags: