Rupiah awal pekan ini menguat tipis saja
19 Februari 2018 17:34 WIB
Petugas menghitung pecahan dolar Amerika di gerai penukaran mata uang asing Ayu Masagung di Jakarta. (ANTARA/Sigid Kurniawan) ()
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore, hanya menguat tipis 9 poin ke posisi Rp13.506 per dolar AS dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.515 per dolarnya.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta mengatakan bahwa fundamental ekonomi nasional yang positif terlihat dari data yang telah dirilis masih menjadi salah satu faktor yang menopang mata uang rupiah.
"Aktivitas ekonomi Indonesia masih tetap dalam tren peningkatan pada 2018 ini," katanya.
Bank Indonesia mencatat, neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2018 defisit sebesar 0,68 miliar dolar AS. Bank Indonesia memandang defisit ini tidak terlepas dari peningkatan kegiatan produksi dan investasi, sejalan dengan membaiknya prospek perekonomian domestik, serta pengaruh kenaikan harga barang impor.
Kendati demikian, menurut Ariston, aktivitas perdagangan valas relatif terbatas karena hari libur di Amerika Serikat dan Tiongkok.
Di sisi lain, lanjut dia, spekulasi di pasar bahwa The Fed akan menaikan suku bunganya pada Maret nanti turut menahan depresiasi dolar AS lebih dalam.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa harga minyak mentah dunia yang stabil di atas level 60 dolar AS per barel turut menjadi faktor yang menjaga fluktuasi mata uang rupiah.
"Mata uang berbasis komoditas, seperti rupiah relatif terjaga di tengah situasi itu," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (19/2) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.541 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.570 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta mengatakan bahwa fundamental ekonomi nasional yang positif terlihat dari data yang telah dirilis masih menjadi salah satu faktor yang menopang mata uang rupiah.
"Aktivitas ekonomi Indonesia masih tetap dalam tren peningkatan pada 2018 ini," katanya.
Bank Indonesia mencatat, neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2018 defisit sebesar 0,68 miliar dolar AS. Bank Indonesia memandang defisit ini tidak terlepas dari peningkatan kegiatan produksi dan investasi, sejalan dengan membaiknya prospek perekonomian domestik, serta pengaruh kenaikan harga barang impor.
Kendati demikian, menurut Ariston, aktivitas perdagangan valas relatif terbatas karena hari libur di Amerika Serikat dan Tiongkok.
Di sisi lain, lanjut dia, spekulasi di pasar bahwa The Fed akan menaikan suku bunganya pada Maret nanti turut menahan depresiasi dolar AS lebih dalam.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa harga minyak mentah dunia yang stabil di atas level 60 dolar AS per barel turut menjadi faktor yang menjaga fluktuasi mata uang rupiah.
"Mata uang berbasis komoditas, seperti rupiah relatif terjaga di tengah situasi itu," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (19/2) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.541 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.570 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018
Tags: