Jakarta (ANTARA News) - Menurut survei Poltracking Indonesia pada 27 Januari-3 Februari 2018, Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Prabowo Subianto masih menjadi figur terkuat untuk menjadi calon presiden pada Pemilu 2019, namun elektabilitas Jokowi tetap paling tinggi yang lebih dari dua kali lipat Jokowi.

Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda di Jakarta, Minggu, jarak elektabilitas kedua figur itu tidak terlalu berbeda dengan survei sebelumnya pada November 2017, yakni elektabilitas Jokowi 45-57 persen, sementara Prabowo 20-33 persen.

"Di luar dua figur tersebut, semua tokoh elit politik lama yang pernah tampil dan baru yang muncul dalam dinamika elektoral tiga tahun terakhir elektabilitasnya kurang dari lima persen," kata Hanta Yuda.

Baca juga:Golkar konsisten dukung Jokowi Capres 2019

Meskipun elektabilitas Jokowi jauh di atas Prabowo dengan selisih 20 persen atau lebih, hal tersebut masih belum aman karena elektabilitasnya di bawah 60 persen.

Mengenai calon wakil presiden, survei terhadap 1.200 responden dengan margin error 2,83 persen itu menunjukkan ada enam figur cawapres selain inkumben Jusuf Kalla yang memiliki elektabilitas di atas lima persen dengan gap signifikan dengan calon lain.

Enam orang itu adalah Agus Harimurti, Gatot Nurmantyo, Anies Baswedan, Ridwan Kamil, Muhaimin Iskandar dan Khofifah Indar Parawansa. Jika Jusuf Kalla masuk bursa cawapres, maka ia tetap menjadi paling kuat dibanding figur lainnya.

Lihat juga: Partai Gerindra kembali usung Probowo sebagai Capres

Hanta Yuda mengatakan berdasarkan konstruksi hukum dan konstitusi di Indonesia dan pergerakan partai dalam beberapa bulan terakhir, ia menyebut mengerucut pada empat skenario koalisi.

Pertama adalah tiga poros Jokowi, Prabowo dan SBY, kedua adalah dua poros Jokowi-SBY melawan Prabowo, ketiga Jokowi melawan Prabowo-SBY dan empat Jokowi-Prabowo melawan Prabowo.

Baca juga:Ketua PPP perkirakan Jokowi calon tunggal Pilpres 2019