Tersangka pembunuh massal sekolah Florida terpantau sejak 2016
18 Februari 2018 14:29 WIB
Nikolas Cruz dalam foto polisi setelah dikenakan 17 tuduhan pembunuhan berencana setelah penembakan di sekolah Parkland, di Penjara Broward, Fort Lauderdale, Florida, Amerika Serikat, Kamis (15/2/2018). (Broward County Sheriff/Handout)
Parkland, Florida (ANTARA News) - Seorang remaja, yang dituduh menembak 17 orang hingga mati di sebuah sekolah Florida, diselidiki polisi dan para pejabat negara bagian sampai ke tahun 2016 setelah mengiris tangannya di video media sosial, dan mengatakan ia ingin membeli sepucuk senjata, demikian laporan surat-surat kabar pada Sabtu.
Tetapi pihak berwenang meyakini dia menerima dukungan cukup, tambah harian-harian tersebut.
Nikolas Cruz, 19 tahun, didakwa terlibat dalam beragam pembunuhan pada Rabu di Sekolah Tinggi Marjory Stoneman Douglas di Parkland. Lebih 10 orang juga luka-luka dalam penembakan di sekolah tersebut.
Cruz dapat dijatuhi hukuman mati, tetapi para penuntut umum belum mengatakan apakah mereka akan mendakwanya dengan hukuman mati. Beberapa hari setelah pembunuhan tersebut, serangkaian aksi jaga-jaga dan pemakaman di dan sekitar Parkland, di pinggiran Fort Lauderdale, sekitar 32.000 orang.
Harian The South Florida Sun Sentinel pertama kali melaporkan bahwa video tentang Cruz yang mengiris tangan dan diposting di jejaring medsos Sanpchat pada September 2016 menimbulkan kecemasan di antara penegak hukum dan Departemen Dinas Anak-anak dan keluarga Florida.
"Cruz menyatakan ia berencana pergi keluar dan membeli sepucuk senjata. Tak diketahui untuk apa dia membeli senjata," demikian laporan yang ditulis para pejabat departemen setelah para penyidik mewawancarai remaja itu, demikian the Sun Sentinel.
Koran itu melaporkan para penyidik akhirnya memutuskan Cruz, yang waktu itu masih berusia 18 tahun, menerima dukungan cukup dari para profesional kesehatan mental dan dari sekolahnya, dan risiko dalam kasusnya rendah.
Departemen Dinas Anak-anak dan Keluarga telah meminta pengadilan menyiarkan catatan tersebut "dalam semangat tranparansi," kata juru bicara Jessica Sims.
Perdebatan yang telah berlangsung lama mengenai hak kepemilikan senjata menjadi fokus pembicaraan pada Sabtu di beberapa peristiwa di kawasan itu. Mereka juga menuding beberapa politisi lebih memberi perhatian pada perlindungan lobi senjata apai daripada anak-anak.
"Karena undang-undang senjata (yang berlaku saat ini), orang-orang yang saya tahu, orang-orang yang cintai, telah meninggal," ujar Delaney Tarr, seorang siswa senior di sekolah itu, kepada peserta pawai.
Ratusan orang menghadiri pawai di Fort Lauderdale tempat para siswa dari sekolah tersebut menuntut langkah-langkah pengendalian senjata baru memperketat apa yang mereka lihat akses mudah untuk memperoleh senjata api di negara bagian itu.
Tetapi pihak berwenang meyakini dia menerima dukungan cukup, tambah harian-harian tersebut.
Nikolas Cruz, 19 tahun, didakwa terlibat dalam beragam pembunuhan pada Rabu di Sekolah Tinggi Marjory Stoneman Douglas di Parkland. Lebih 10 orang juga luka-luka dalam penembakan di sekolah tersebut.
Cruz dapat dijatuhi hukuman mati, tetapi para penuntut umum belum mengatakan apakah mereka akan mendakwanya dengan hukuman mati. Beberapa hari setelah pembunuhan tersebut, serangkaian aksi jaga-jaga dan pemakaman di dan sekitar Parkland, di pinggiran Fort Lauderdale, sekitar 32.000 orang.
Harian The South Florida Sun Sentinel pertama kali melaporkan bahwa video tentang Cruz yang mengiris tangan dan diposting di jejaring medsos Sanpchat pada September 2016 menimbulkan kecemasan di antara penegak hukum dan Departemen Dinas Anak-anak dan keluarga Florida.
"Cruz menyatakan ia berencana pergi keluar dan membeli sepucuk senjata. Tak diketahui untuk apa dia membeli senjata," demikian laporan yang ditulis para pejabat departemen setelah para penyidik mewawancarai remaja itu, demikian the Sun Sentinel.
Koran itu melaporkan para penyidik akhirnya memutuskan Cruz, yang waktu itu masih berusia 18 tahun, menerima dukungan cukup dari para profesional kesehatan mental dan dari sekolahnya, dan risiko dalam kasusnya rendah.
Departemen Dinas Anak-anak dan Keluarga telah meminta pengadilan menyiarkan catatan tersebut "dalam semangat tranparansi," kata juru bicara Jessica Sims.
Perdebatan yang telah berlangsung lama mengenai hak kepemilikan senjata menjadi fokus pembicaraan pada Sabtu di beberapa peristiwa di kawasan itu. Mereka juga menuding beberapa politisi lebih memberi perhatian pada perlindungan lobi senjata apai daripada anak-anak.
"Karena undang-undang senjata (yang berlaku saat ini), orang-orang yang saya tahu, orang-orang yang cintai, telah meninggal," ujar Delaney Tarr, seorang siswa senior di sekolah itu, kepada peserta pawai.
Ratusan orang menghadiri pawai di Fort Lauderdale tempat para siswa dari sekolah tersebut menuntut langkah-langkah pengendalian senjata baru memperketat apa yang mereka lihat akses mudah untuk memperoleh senjata api di negara bagian itu.
Pewarta: SYSTEM
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018
Tags: