Pelajar tulis surat cinta untuk Inggit Garnasih
14 Februari 2018 14:41 WIB
Dokumen foto Soekarno (berpeci dan jas putih berdasi) bersama Inggit Ganarsih saat dibuang pemerintah kolonial Belanda ke Ende, NTT. Mereka berfoto bersama masyarakat setempat, dan Ratna Djuwani ikut menemani Soekarno-Inggit Ganarsih. (Arsip Nasional Republik Indone)
Bandung (ANTARA News) - Puluhan pelajar kelas 6 Sekolah Dasar 143 Kopo, Kota Bandung menulis surat cinta yang ditujukan untuk istri kedua Soekarno, Inggit Garnasih, dalam rangka menyambut hari lahirnya yang jatuh pada 17 Februari.
"Ini momennya pas Hari Valentine. Anak SD sekarang sudah mengenal cinta. Daripada mereka menulis surat cinta buat pacarnya, mendingan mereka nulis buat ibu bangsa," ujar salah satu koordinator kegiatan, Sandi Syarif di Bandung, Rabu.
Sandi mengatakan, Surat cinta yang ditulis mereka bertujuan agar para pelajar mengenal lebih jauh sosok Inggit Garnasih sebagai seorang pejuang kemerdekaan. Apalagi sekolah mereka letaknya persis di belakang rumah Inggit Garnasih yang saat ini telah diabadikan sebagai museum.
Menurutnya, perjuangan Inggit Garnasih kurang diketahui oleh sebagian pelajar saat ini. Padahal, perannya tak sekadar menjadi pendamping Bung Karno semata, namun lebih itu memberikan ide-ide untuk kemerdekaan Indonesia.
"Sosok Ibu Inggit Garnasih buat bangsa ini sangat dibutuhkan dan sangat penting untuk kita pelajari, pahami, dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari," katanya.
Sandi mengatakan berdasarkan pengalaman pribadinya yang kesulitan mencari referensi terkait sosok Inggit Garnasih, memicu kelompoknya yang tergabung dalam "Sakola Ra`jat" mengedukasi pelajar, agar sejarah yang dekat dengan kehidupan mereka tidak hilang.
"Nanti surat-suratnya akan kita bacakan di makam Ibu Inggit, lalu diberikan ke keluarganya," kata dia.
Di tempat yang sama, cucu Inggit, Tito Zeni mengatakan, proses kemerdekaan Indonesia tidak bisa dilepaskan dari sosok Inggit Garnasih.
"Jadi sosok Soekarno dan Ibu Inggit seperti koin yang tidak bisa dilepaskan satu sama lainnya," kata dia.
Tito menyatakan seluruh hidup Inggit Ganarsih, secara total diberikan kepada Soekarno dalam mendukung seluruh perjuangannya.
Ia menceritakan, Inggit berperan besar menyokong kehidupan Soekarno saat dipenjara di Lapas Banceuy dan Sukamiskin Bandung. Saat Soekarno berada di penjara, Inggit berperan sebagai mata-mata serta pemberi informasi terkait situasi Indonesia saat ini.
"Ibu Inggit selalu membawa buku yang diminta Soekarno. Tapi sebelum memberi buku ia berpuasa selama tiga hari agar badannya mengecil sehingga buku bisa diselipkan di kebayanya karena penjagaan saat itu sangat ketat," katanya.
"Beliau juga memberikan informasi melalui sebuah telur yang diberi kode. Hanya Soekarno sendiri yang mengerti kode tersebut," tambahnya.
Berikut salah satu isi surat yang ditulis siswa kelas 6, Sansan Wiguna.
"Untuk ibu Inggit Garnasih saya memberikan surat tentang betapa setianya ibu mendampingi Soekarno untuk kemerdekaan Indonesia.
Ibu Inggit kau selalu sabar dalam membantu Bung Karno dan sangat setia membantu Bung Karno sampai negeri ini merdeka, kau tetap setia. Walaupun ibu harus bersusah payah sehingga negara ini bisa merdeka.
Terima kasih ibu berkat ibu negara ini bisa merdeka. Terima kasih ibu kau telah mengorbankan harta bendamu untuk Bung Karno dan negara ini.
Terima kasih Ibu Inggit Garnasih yang telah bersusah payah untuk Bung Karno dan negara ini".
"Ini momennya pas Hari Valentine. Anak SD sekarang sudah mengenal cinta. Daripada mereka menulis surat cinta buat pacarnya, mendingan mereka nulis buat ibu bangsa," ujar salah satu koordinator kegiatan, Sandi Syarif di Bandung, Rabu.
Sandi mengatakan, Surat cinta yang ditulis mereka bertujuan agar para pelajar mengenal lebih jauh sosok Inggit Garnasih sebagai seorang pejuang kemerdekaan. Apalagi sekolah mereka letaknya persis di belakang rumah Inggit Garnasih yang saat ini telah diabadikan sebagai museum.
Menurutnya, perjuangan Inggit Garnasih kurang diketahui oleh sebagian pelajar saat ini. Padahal, perannya tak sekadar menjadi pendamping Bung Karno semata, namun lebih itu memberikan ide-ide untuk kemerdekaan Indonesia.
"Sosok Ibu Inggit Garnasih buat bangsa ini sangat dibutuhkan dan sangat penting untuk kita pelajari, pahami, dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari," katanya.
Sandi mengatakan berdasarkan pengalaman pribadinya yang kesulitan mencari referensi terkait sosok Inggit Garnasih, memicu kelompoknya yang tergabung dalam "Sakola Ra`jat" mengedukasi pelajar, agar sejarah yang dekat dengan kehidupan mereka tidak hilang.
"Nanti surat-suratnya akan kita bacakan di makam Ibu Inggit, lalu diberikan ke keluarganya," kata dia.
Di tempat yang sama, cucu Inggit, Tito Zeni mengatakan, proses kemerdekaan Indonesia tidak bisa dilepaskan dari sosok Inggit Garnasih.
"Jadi sosok Soekarno dan Ibu Inggit seperti koin yang tidak bisa dilepaskan satu sama lainnya," kata dia.
Tito menyatakan seluruh hidup Inggit Ganarsih, secara total diberikan kepada Soekarno dalam mendukung seluruh perjuangannya.
Ia menceritakan, Inggit berperan besar menyokong kehidupan Soekarno saat dipenjara di Lapas Banceuy dan Sukamiskin Bandung. Saat Soekarno berada di penjara, Inggit berperan sebagai mata-mata serta pemberi informasi terkait situasi Indonesia saat ini.
"Ibu Inggit selalu membawa buku yang diminta Soekarno. Tapi sebelum memberi buku ia berpuasa selama tiga hari agar badannya mengecil sehingga buku bisa diselipkan di kebayanya karena penjagaan saat itu sangat ketat," katanya.
"Beliau juga memberikan informasi melalui sebuah telur yang diberi kode. Hanya Soekarno sendiri yang mengerti kode tersebut," tambahnya.
Berikut salah satu isi surat yang ditulis siswa kelas 6, Sansan Wiguna.
"Untuk ibu Inggit Garnasih saya memberikan surat tentang betapa setianya ibu mendampingi Soekarno untuk kemerdekaan Indonesia.
Ibu Inggit kau selalu sabar dalam membantu Bung Karno dan sangat setia membantu Bung Karno sampai negeri ini merdeka, kau tetap setia. Walaupun ibu harus bersusah payah sehingga negara ini bisa merdeka.
Terima kasih ibu berkat ibu negara ini bisa merdeka. Terima kasih ibu kau telah mengorbankan harta bendamu untuk Bung Karno dan negara ini.
Terima kasih Ibu Inggit Garnasih yang telah bersusah payah untuk Bung Karno dan negara ini".
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018
Tags: