Bola basket - Pelatih timnas tak akan panggil Mario Wuysang
13 Februari 2018 01:26 WIB
ilustrasi: Pebasket tim putih David Seagers (kanan) berebut bola dengan pebasket tim merah Keenan Thomas Palmore (kiri) dalam pertandingan Liga Bola Basket Indonesia (IBL) Pertalite All Star 2017 di Britama Arena, Jakarta, Minggu (7/1/2018) malam. Tim putih mengalahkan tim merah dengan skor 130-114. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan) ()
Jakarta (ANTARA News) - Pelatih tim nasional bola basket putra Indonesia Fictor Roring memastikan dirinya tak akan memanggil lagi point guard legendaris Indonesia Mario Wuysang, yang sudah memutuskan pensiun dari timnas usai SEA Games 2017, ke skuatnya.
Menurut Ito, sapaan Fictor, dia menghormati keputusan pensiun pemain yang kini berlaga untuk CLS Knights Indonesia di Liga Bola Basket ASEAN (ABL) 2017-2018 itu.
"Masa dia sudah mundur saya panggil lagi? Marilah kita hormati komitmennya pensiun dari timnas," ujar Ito di Jakarta, Senin (12/2) malam.
Dia melanjutkan, alasan lain dirinya tidak akan memanggil lagi Wuysang adalah usia pemain bertinggi badan 1,76 meter itu sudah 38 tahun.
Ito menganggap sudah saatnya posisi point guard timnas diserahkan kepada pemain 25 tahun Andakara Prastawa Dhyaksa yang saat ini dibantu oleh guard veteran Xaverius Prawiro.
Xaverius Prawiro sendiri pada tahun 2015 sempat menolak panggilan tim nasional Indonesia, kala itu juga dilatih Fictor Roring, yang akan berlaga di SEA Games, Singapura.
Terakhir kali Xaverius membela timnas pada tahun 2013 sebelum akhirnya dipanggil kembali oleh Fictor Roring untuk memperkuat skuat di turnamen uji coba jelang Asian Games 2018.
"Kalau saya panggil lagi Mario Wuysang ke tim, lantas apa nanti yang dipikirkan Prastawa, Xaverius? Mereka bisa merasa tidak dipercaya. Jadi marilah kita kenang Mario sebagai legenda bola basket Indonesia," tutur dia.
Ditemui terpisah, Andakara Prastawa mengaku tidak merasa terbeban dengan status point guard pengganti Mario Wuysang di tim nasional.
Sebaliknya, pebola basket yang bermain untuk Stapac Jakarta di Liga Bola Basket Indonesia (IBL) ini menjadikan itu sebagai motivasi.
"Mario Wuysang itu berperan vital di timnas dan menjadi panutan point guard muda di Indonesia. Kalau bisa saya ingin lebih dari dia," kata Prastawa.
Menurut Ito, sapaan Fictor, dia menghormati keputusan pensiun pemain yang kini berlaga untuk CLS Knights Indonesia di Liga Bola Basket ASEAN (ABL) 2017-2018 itu.
"Masa dia sudah mundur saya panggil lagi? Marilah kita hormati komitmennya pensiun dari timnas," ujar Ito di Jakarta, Senin (12/2) malam.
Dia melanjutkan, alasan lain dirinya tidak akan memanggil lagi Wuysang adalah usia pemain bertinggi badan 1,76 meter itu sudah 38 tahun.
Ito menganggap sudah saatnya posisi point guard timnas diserahkan kepada pemain 25 tahun Andakara Prastawa Dhyaksa yang saat ini dibantu oleh guard veteran Xaverius Prawiro.
Xaverius Prawiro sendiri pada tahun 2015 sempat menolak panggilan tim nasional Indonesia, kala itu juga dilatih Fictor Roring, yang akan berlaga di SEA Games, Singapura.
Terakhir kali Xaverius membela timnas pada tahun 2013 sebelum akhirnya dipanggil kembali oleh Fictor Roring untuk memperkuat skuat di turnamen uji coba jelang Asian Games 2018.
"Kalau saya panggil lagi Mario Wuysang ke tim, lantas apa nanti yang dipikirkan Prastawa, Xaverius? Mereka bisa merasa tidak dipercaya. Jadi marilah kita kenang Mario sebagai legenda bola basket Indonesia," tutur dia.
Ditemui terpisah, Andakara Prastawa mengaku tidak merasa terbeban dengan status point guard pengganti Mario Wuysang di tim nasional.
Sebaliknya, pebola basket yang bermain untuk Stapac Jakarta di Liga Bola Basket Indonesia (IBL) ini menjadikan itu sebagai motivasi.
"Mario Wuysang itu berperan vital di timnas dan menjadi panutan point guard muda di Indonesia. Kalau bisa saya ingin lebih dari dia," kata Prastawa.
Pewarta: Michael Teguh Adiputra S
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018
Tags: