Ribuan warga Banyuwangi padati Festival Tahu Tempe
9 Februari 2018 19:38 WIB
Bupati Bayuwangi Abdulah Azwar Anas (kedua kanan) bersama artis Sultan Djorghi (kedua kiri) menggoreng tempe saat Festival Tahu dan Tempe di Kalilo, Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (9/2/2018). Festival yang diisi dengan arak-arakan tempe Mongkleng & Tahu Buto serta lomba masak olahan berbahan baku tahu tempe itu, untuk mengenalkan kuliner khas daerah tersebut, yang diharapkan dapat menjadi sentra oleh-oleh. (ANTARA FOTO/Budi Candra Setya)
Banyuwangi (ANTARA News) - Ribuan warga dan juga wisatawan memadati acara Festival Tahu Tempe, yang digelar di Kelurahan Pengantigan, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat.
Festival yang kali pertama digelar itu dibuka Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dan menjadi tontotan baru bagi masyarakat ataupun wisatawan yang datang ke Banyuwangi untuk berlibur akhir pekan.
Pada festival itu ditampilkan tempe berukuran raksasa yang dinamai "mongkleng".
Tempe dengan ukuran panjang lima meter itu diarak sepanjang jalan sambil diiringi seni barong khas Suku Osing, masyarakat asli Banyuwangi.
Dalam arak-arakan ini Bupati Anas ikut mengarak tempe "mongkleng".
Usai diarak, tempe raksasa itu kemudian dimasak, lalu disantap bersama ribuan orang yang hadir.
"Festival Tahu dan Tempe ini berangkat dari potensi warga setempat yang memproduksi tempe dan tahu sebagai sumber ekonomi. Lalu warga berkreasi, dan pemerintah daerah mendorongnya menjadi festival unik dan meriah ini," ujarnya.
Anas menjelaskan, Festival Tahu dan Tempe digelar sebagai cara pemerintah membangun budaya masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih.
Para produsen tahu dan tempe didorong melakukan proses pengolahan dengan higienis yang selaras dengan komitmen Pemkab Banyuwangi menjadikan kebersihan sebagai pilar pariwisata.
"Kalau kawasannya bersih dan punya potensi unik, pasti menghadirkan pengalaman berwisata menarik. Wisatawan bisa menyaksikan langsung proses produksi tahu dan tempe dan beragam olahannya tanpa risih karena lingkungannya bersih. Ini bisa kita lihat langsung, tempat produksi tempe yang katanya kotor ternyata di sini bersih dan rapi," kata Anas.
Di festival itu beragam olahan tempe dan tahu disediakan bagi pengunjung seperti keripik tempe, peyek tempe, tempe mendoan, dan kerupuk tahu. Tak hanya itu, banyak olahan tempe dan tahu yang unik, seperti brownies tahu, cokelat tempe, serabi tempe, spageti tempe, stik tempe, cookies tempe, sate tempe, dan burger tempe.
Kawasan Pengantigan, Banyuwangi. memang dikenal sebagai pusat produksi tahu dan tempe sejak 1960-an. Sedikitnya ada 30 pengusaha tahu dan tempe di daerah itu.
Indah Puji Rahayu (45), misalnya, yang merupakan pengusaha tahu tempe generasi kedua yang meneruskan usaha dari sang ayah.
Indah mengatakan, produksi tempe-nya terus berkembang. Dulu hanya memproduksi dua kuintal per hari, sekarang mencapai empat kuintal yang didistribusikan hingga Pulau Bali. Indah memperkerjakan 20 warga sekitar tempat usahanya.
"Saya senang sekali sentra produksi ini dibikinkan Festival Tahu Tempe, sehingga masyarakat luar semakin tahu potensi kampung kami. Kami juga berlomba-lomba meningkatkan kualitas produk serta higienitas produksi," kata Indah.
Festival Tahu Tempe berlangsung mulai Jumat ini hingga Selasa (13/2) pada pukul 15.00-22.00 WIB. Festival itu bagian 77 atraksi wisata di Banyuwangi sepanjang 2018.
Festival yang kali pertama digelar itu dibuka Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dan menjadi tontotan baru bagi masyarakat ataupun wisatawan yang datang ke Banyuwangi untuk berlibur akhir pekan.
Pada festival itu ditampilkan tempe berukuran raksasa yang dinamai "mongkleng".
Tempe dengan ukuran panjang lima meter itu diarak sepanjang jalan sambil diiringi seni barong khas Suku Osing, masyarakat asli Banyuwangi.
Dalam arak-arakan ini Bupati Anas ikut mengarak tempe "mongkleng".
Usai diarak, tempe raksasa itu kemudian dimasak, lalu disantap bersama ribuan orang yang hadir.
"Festival Tahu dan Tempe ini berangkat dari potensi warga setempat yang memproduksi tempe dan tahu sebagai sumber ekonomi. Lalu warga berkreasi, dan pemerintah daerah mendorongnya menjadi festival unik dan meriah ini," ujarnya.
Anas menjelaskan, Festival Tahu dan Tempe digelar sebagai cara pemerintah membangun budaya masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih.
Para produsen tahu dan tempe didorong melakukan proses pengolahan dengan higienis yang selaras dengan komitmen Pemkab Banyuwangi menjadikan kebersihan sebagai pilar pariwisata.
"Kalau kawasannya bersih dan punya potensi unik, pasti menghadirkan pengalaman berwisata menarik. Wisatawan bisa menyaksikan langsung proses produksi tahu dan tempe dan beragam olahannya tanpa risih karena lingkungannya bersih. Ini bisa kita lihat langsung, tempat produksi tempe yang katanya kotor ternyata di sini bersih dan rapi," kata Anas.
Di festival itu beragam olahan tempe dan tahu disediakan bagi pengunjung seperti keripik tempe, peyek tempe, tempe mendoan, dan kerupuk tahu. Tak hanya itu, banyak olahan tempe dan tahu yang unik, seperti brownies tahu, cokelat tempe, serabi tempe, spageti tempe, stik tempe, cookies tempe, sate tempe, dan burger tempe.
Kawasan Pengantigan, Banyuwangi. memang dikenal sebagai pusat produksi tahu dan tempe sejak 1960-an. Sedikitnya ada 30 pengusaha tahu dan tempe di daerah itu.
Indah Puji Rahayu (45), misalnya, yang merupakan pengusaha tahu tempe generasi kedua yang meneruskan usaha dari sang ayah.
Indah mengatakan, produksi tempe-nya terus berkembang. Dulu hanya memproduksi dua kuintal per hari, sekarang mencapai empat kuintal yang didistribusikan hingga Pulau Bali. Indah memperkerjakan 20 warga sekitar tempat usahanya.
"Saya senang sekali sentra produksi ini dibikinkan Festival Tahu Tempe, sehingga masyarakat luar semakin tahu potensi kampung kami. Kami juga berlomba-lomba meningkatkan kualitas produk serta higienitas produksi," kata Indah.
Festival Tahu Tempe berlangsung mulai Jumat ini hingga Selasa (13/2) pada pukul 15.00-22.00 WIB. Festival itu bagian 77 atraksi wisata di Banyuwangi sepanjang 2018.
Pewarta: Masuki M Astro
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018
Tags: