Cianjur (ANTARA News) - Belasan pemasok sayur mayur dari wilayah Cipanas, Cianjur, Jawa Barat, merugi hingga miliaran rupiah sejak ditutupnya jalur utama Puncak-Bogor karena longsor, sehingga mereka harus mengunakan jalur yang lebih jauh.

Sejak ditutupnya jalur tersebut hingga tanggal 15 Februari, membuat sebagia besar pemasok sayur mayur mengurangi pemesanan dari pembeli di wilayah Jabodetabek karena takut kualitas sayur mayur yang dikirim rusak.

Miming (43), pemasok besar sayur mayur di Kecamatan Pacet, kepada wartawan pada Jumat mengatakan, sejak ditutupnya jalur Puncak, pihaknya terpaksa mengirim pesanan melalui jalur Jonggol yang jarak dan waktu tempuhnya lebih jauh.

"Kalau lewat Puncak, biasanya paling telat tiga jam sampai ke Pasar Induk Jatinegara, Jakarta. Kalau lewat Jonggol, dengan kondisi seperti sekarang bisa memakan waktu hingga lima jam untuk sampai," katanya.

Dia menjelaskan, lamanya perjalanan karena harus memutar, membuat kualitas sayur mayur yang mereka kirim berkurang dan sebagian besar pemesan keberatan dan bahkan membatalkan penerimaan barang.

Biasanya, ungkap dia, dalam satu hari pihaknya dapat memenuhi tujuh pesanan dari pasar besar di Jabodetabek, namun saat ini, hanya tiga pesanan yang dapat dipenuhi setiap harinya karena jarak tempuh lebih jauh.

"Kalau dihitung kerugian satu supliyer bisa mencapai Rp60 juta perhari karena tidak dapat memenuhi pesanan tepat waktu. Untuk mengatasi hal tersebut, kami hanya memenuhi pesanan yang bisa dijangkau dalam waktu tiga jam," katanya.

Sementara berbagai jenis sayur mayur di Terminal agro bisnis Cigombong di Kecamatan Pacet, setiap harinya menumpuk dan terpaksa dijual eceran ke pasar terdekat di wilayah Cianjur dan Sukabumi.

Ketua Terminal Agro Bisnis Cigombong Asep Topan Gunawan mengatakan, penutupan jalur puncak Bogor, berimbas pada pengiriman sayuran ke beberapa pasar di Jabodetabek, biasanya pengiriman lebih cepat namun kini lambat 3 jam.

"Imbasnya kualitas barang dan harga menjadi permasalahan. Sekarang pengiriman mengunakan Jalur Jonggol, sedangkan waktu pengiriman harus tepat karena terkait kualitas barang sampai ke pemesan harus tetap segar," katanya.

Dia berharap agar perbaikan di jalur Puncak-Bogor, tidak sampai sepuluh hari, agar petani dan supliyer di wilayah tersebut tidak merugi hingga ratusan juta rupiah. Saat ini penjualan ke sejumlah pasar di Jabodetabek menurun hingga 30 persen.

"Satu hari bisanya agrobisnis Cigombong dapat memasok sayur mayur hingga 50 ton ke sejumlah pasar tersebut. Namun sejak ditutupnya jalur Puncak-Bogor, paling tinggi hanya bisa mengirim 30 ton," katanya.