Jakarta (ANTARA News) - Kesadaran akan kesehatan di masyarakat Asmat Papua perlu ditingkatkan untuk menghindari kembali terjadinya kasus kejadian luar biasa (KLB) campak atau gizi buruk seperti yang terjadi beberapa waktu lalu, kata salah satu dokter satuan tugas (satgas) kesehatan Asmat.

Dokter dari Satgas Kesehatan Asmat dari Tim Kesehatan Flying Health Care Kementerian Kesehatan dr. Lily Indriani Octovia, dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Selasa, mengatakan masyarakat Asmat perlu didampingi lebih dulu untuk edukasi terkait asupan makanan bergizi.

"Untuk anak gizi buruk komplikasi mengajarkan makanan yang diresepkan untuk perbaikan gizi betul-betul masuk. Sekaligus pemantauan kepada para perawatnya agar mencatat ragam asupan makanan," jelas Lily.

Dokter yang berpraktik di RSCM Jakarta ini mengevaluasi pola pemantauan makanan penting karena rentan menimbulkan kematian. Sedangkan untuk penanganan gizi buruk berat, dimulai dengan membuatkan sistem pelayanan gizi terpadu, termasuk mengadakan poli gizi di runah sakit dan puskesmas.

Untuk upaya memberi penyuluhan kepada tenaga kesehatan khusus penanganan gizi buruk diperlukan monitoring tata laksana gizi buruk. Sekaligus pencatatan akurat tentang umur anak yang menjadi poin inti pencatatan gizi.

"Faskes dan lingkungan kesehatan ibu dan anak harus dibenahi karena itu pondasinya. Kemudian penguatan Antenatal Care (ANC), metabolisme, dan maternalnya," ujar Lily menyarankan.

Tim FHC Kemenkes lainnya, dr. Cut Nurul Hafifah, Sp.A. memaparkan hasil pantauannya dari RSUD Agats dan beberapa kampung di Agats. Masalah terbesar, kata dia, jumlah anak stunting berperawakan pendek akibat kurang gizi.

"Perlu pendekatan berbagai pihak untuk Kabupaten Asmat dalam jangka panjang. Orang tua disini perlu edukasi jangka panjang," jelas Cut.

Pemerintah Kabupaten Asmat telah mencabut status KLB campak di wilayah tersebut. Namun tim kesehatan dari Kemenkes dan TNI masih tetap memberikan pelayanan kesehatan dan menyelesaikan program pemenuhan gizi keluarga.