Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore, bergerak melemah sebesar 67 poin menjadi Rp13.519 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.452 per dolar Amerika Serikat (AS).

Analis Monex Investindo Futures Faisyal di Jakarta, Senin mengatakan bahwa sentimen penguatan dolar AS masih terjaga pasca perilisan data tenaga kerja dan indeks upah di Amerika Serikat yang lebih baik dari estimasi.

Ia mengemukakan bahwa Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan kenaikan 200.000 pekerja pada Januari, melampaui perkiraan yang sebanyak 180.000. Tingkat pengangguran sesuai ekspektasi pasar di level 4,1 persen. Dan, indeks upah rata-rata per jam naik 0,3 persen, lebih tinggi dari ekspektasi 0,2 persen.

"Data ekonomi Amerika Serikat yang positif itu membuat ekspektasi pelaku pasar uang semakin kuat terhadap peluang The Fed menaikan suku bunga acuannya pada Maret mendatang," katanya.

Ia menambakan bahwa penguatan dolar AS juga masih mendapatkan dukungan setelah The Fed dalam Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mensinyalkan kepercayaan terhadap inflasi dan pertumbuhan ekonomi di AS.

Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa harga minyak mentah dunia yang mengalami pelemahan turut mempengaruhi mata uang komoditas, salah satunya rupiah.

"Pergerakan rupiah cenderung terbatas seiring harga minyak dunia mengalami penurunan," katanya.

Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Senin (5/2) turun 0,40 persen ke posisi 65,19 dolar AS per barel. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude melemah 0,74 persen ke 68,07 dolar AS per barel.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (5/2) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.498 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.428 per dolar AS.