Washington (ANTARA News) - Burung pelatuk ribuan kali menghempaskan kepala ke batang pohon sepanjang hidup, namun burung-burung ini tetap bertahan hidup selama 25 juta tahun ini.

Kendati demikian, riset yang hasilnya disiarkan pada Jumat menunjukkan untuk pertama kali bahwa semua kegiatan mematuk ini membawa konsekuensi pada otak burung pelatuk.

Para ilmuwan mengatakan satu penelitian menemukan bangunan protein yang disebut tau dalam otak burung pelatuk yang pada manusia dihubungkan dengan kerusakan otak akibat penyakit neurodegeneratif dan trauma kepala.

Para periset meneliti jaringan otak dari burung pelatuk Downy dan burung hitam bersayap merah, yang tidak termasuk burung pelatuk, dari koleksi Field Museum di Chicago dan Harvard Museum of Natural History.

Hasil penelitian menunjukkan burung-burung pelatuk memiliki bangunan tau. Burung hitam tak memilikinya.

"Asumsinya burung-burung pelatuk tidak mengalami cedera otak," kata George Farah, yang mengerjakan studi yang hasilnya disiarkan di jurnal PLOS ONE itu sebagai mahasiswa pasca-sarjana Boston University School of Medicine.

"Riset ini tampaknya menunjukkan yang sebaliknya."

Para ilmuwan sekarang berusaha menentukan apakah bangunan tau burung pelatuk merupakan indikasi kerusakan otak atau entah bagaimana malah berfungsi protektif.

"Saya melatih football, membiarkan anak lelaki saya main football dan saya juga main," kata ahli neuropatologi Boston University School of Medicine, Peter Cummings.

"Suatu hari di laboratorium saya bicara ke profesor yang lain tentang bagaimana kita merancang perlengkapan keamanan olahraga yang berbeda, seperti helm football, berdasarkan biomekanika burung pelatuk, namun belum ada yang melihat bagaimana kondisi otak burung pelatuk."

Burung pelatuk melakukan beberapa penyesuaian untuk mengurangi dampak kegiatan mematuknya, yang melibatkan paruh, tengkorak, lidah dan ruang antara otak dan tengkorak mereka.

Mereka menghadapi g-force -- efek akselerasi tubuh-- dari mematuk untuk mendapat makanan seperti serangan dan getah pohon atau menarik pasangan.

Mematuk menimbulkan gaya sampai 1.400 g. Seseorang bisa mengalami gegar otak dari gaya 60 sampai 100 g.

Tau membantu menstabilkan sel-sel syaraf otak, atau neuron. Kalau neuron rusak, satu bentuk tau bisa terbangun, kadang mengubah fungsi otak.

Cummings mengatakan ada banyak tipe tau dan beberapa bisa jadi neuroprotektif.

"Kalau benar mematuk menyebabkan peningkatan akumulasi tau, studi kami bisa memberitahu perbedaan antara yang mungkin protektif atau patologis," kata Cummings.

"Meski begitu, kau bisa berhipotesis bahwa burung-burung ini sudah jutaan tahun ada dab bertahan, penyakit neurodegeneratif yang berhubungan dengan trauma mungkin bukan masalah," katanya sebagaimana dikutip Reuters.