Bandung (ANTARA News) - Jumlah pengunjung ke sanggar seni tradisional Saung Angklung Udjo di kawasan Padasuka, Kota Bandung, pada 2006 mencapai 42.000 orang, dan cenderung meningkat dalam beberapa tahun terakhir ini. "Jumlah pengunjung cenderung meningkat setiap tahunnya," kata Pimpinan Saung Angklung Udjo, Taufik Hidayat Udjo, di Bandung, Jumat. Selain menikmati suasana "Kampung Sunda", para pengunjung belajar memainkan angklung, melihat proses pembuatan angklung hingga berbelanja souvenir khas tanah Parahyangan. Suasana saung angklung seluas 7.000 meter persegi yang didirikan Udjo Ngalagena (kini almarhum) tak pernah sepi dari pengunjung. Rata-rata per hari sanggar seni itu menggelar dua hingga tiga kali pementasan angklung dengan rata-rata berdurasi dua jam. "Selain datang, pengunjung juga berkesempatan bermain angklung bersama," kata Taufik. Selain pengunjung domestik dari kalangan masyarakat dan pelajar di Jawa Barat dan daerah lainnya di Indonesia, sanggar angklung itu juga diminati wisatawan mancanegara terutama dari Belanda dan Jerman serta beberapa negara di Asia seperti Jepang, Malaysia, Korea dan Timur Tengah. Pertunjukan internal Saung Angklung Udjo untuk `menyambut` para pengunjung itu terdiri dari program "Kaulinan Urang Lembur" (Permainan penduduk kampung) yang mencakup wayang golek, prosesi helaran, tarin sunda, angklung orkestra, arumba dan angklung interaktif. Selain menerima kunjungan wisata, sanggar seni itu juga menerima paket `homestay` bagi mereka yang ingin mempelajari angklung dan seni sunda lainnya. Paket itu salah satunya diikuti oleh peserta paket bea siswa Indonesian Art and Cultural Scholarship yang digagas oleh Departemen Luar Negeri dengan peserta dari negara-negara di Asia Fasifik. Upaya sosialisasi angklung yang dilakukan Saung Angklung Udjo, kata Taufik Hidayat, adalah menggelar pentas di luar negeri termasuk pentas di dalam negeri. "Kami berharap pemerintah minimal di Kota Bandung menjadikan angklung menjadi souvenir khas daerah atau sebagai souvenir maskapai penerbangan," kata Taufik. Taufik menyebutkan, Saung Angklung Udjo memproduksi sekitar 8.000 angklung per bulan. Selain melayani kebutuhan sanggar di dalam negeri, saung juga melayani pesanan dari luar negeri. "Korea Selatan memesan 10.000 angklung, sebagian sudah dipenuhi. Sayangnya bahan baku bambu-nya mulai terbatas," kata Mohamad Badrus, Hubungan Masyarakat (Humas) Saung Angklung Udjo. (*)