Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis pagi, bergerak melemah tipis tujuh poin menjadi Rp13.393 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.386 per dolar Amerika Serikat (AS).

"Pergerakan mata uang rupiah tertahan akibat faktor teknikal setelah mengalami apresiasi pada hari sebelumnya," kata Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Kamis.

Namun, lanjut dia, ruang bagi rupiah untuk kembali terapresiasi terhadap dolar AS masih cukup terbuka menyusul data positif dari data ekspor Indonesia yang meningkat pada 2017. Ekspor periode Januari-Desember 2017 mencapai 168,7 miliar dolar AS, naik 19,8 persen secara tahun ke tahun (year of year).

"Situasi itu membuat sikap investor positif terhadap perekonomian domestik," katanya.

Ia menambahkan bahwa hasil kebijakan dari pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan (Fed Fund Rate) pada level 1,25-1,5 persen, juga sesuai dengan ekspektasi pasar sehingga mata uang di negara berkembang termasuk rupiah dapat kembali menguat ke depannya.

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan bahwa harga minyak mentah dunia yang naik dapat menjadi sentimen positif bagi fluktuasi rupiah untuk kembali bergerak menguat.

"Kemungkinan rupiah bisa menguat terbantu dengan sentimen naiknya harga minyak mentah," katanya

Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Kamis (1/2) naik 0,09 persen ke posisi 64,79 dolar AS per barel. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude menguat 0,12 persen ke 68,97 dolar AS per barel.