Macron peringatkan Turki soal intervensi di Suriah
1 Februari 2018 11:36 WIB
Arsip Foto. Presiden Prancis Emmanuel Macron (ka) dan istrinya Brigitte Macron menunggu para tamu sebelum upacara di Elysee Palace untuk merayakan penetapan kota Paris sebagai penyelenggara Olimpiade Musim Panas 2024, di Prancis, Jumat (15/9/2017). (REUTERS/Charles Platiau/cfo/17)
Paris (ANTARA News) - Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa dia "akan benar-benar terganggu" dengan operasi Turki terhadap milisi Kurdi di Suriah jika itu berubah menjadi "invasi" langsung.
"Jika operasi tersebut menjadi lebih dari sekadar melawan kemungkinan ancaman teroris di perbatasan Turki dan ternyata merupakan operasi invasi, kami akan benar-benar terganggu dengan itu," kata Macron pada Rabu (31/1) kepada harian Le Figaro.
Operasi lintas perbatasan 12 hari Turki yang menyasar Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG), yang diancam Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan akan diperluas pekan lalu, mengakibatkan hubungan negara itu dengan sekutu NATO renggang.
Ankara menganggap YPG sebagai organisasi teror yang bersekutu dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang ada di Turki, namun Amerika Serikat mendukungnya sebagai sekutu sekuler penting dalam perang melawan kelompok ISIS.
Merespons pernyataan Macron, Perdana Menteri Turki Binaldi Yildirim mengatakan anggapan bahwa Ankara memiliki tujuan lebih luas di Suriah selain menumpas YPG dari perbatasan "sepenuhnya keliru."
"Seluruh dunia tahu, atau seharusnya tahu, bahwa Turki tidak terlibat dalam invasi," katanya kepada wartawan di Ankara, membandingkan operasi "Olive Branch" dengan operasi lintas perbatasan tujuh bulan Turki pada 2016/2017 yang menyasar milisi Kurdi dan ekstremis ISIS.
Macron mengatakan operasi Turki membutuhkan Eropa dan sekutunya untuk "berdiskusi dan mengambil keputusan" tanpa merinci apa yang dia maksud, demikian menurut siaran kantor berita AFP.(mr)
"Jika operasi tersebut menjadi lebih dari sekadar melawan kemungkinan ancaman teroris di perbatasan Turki dan ternyata merupakan operasi invasi, kami akan benar-benar terganggu dengan itu," kata Macron pada Rabu (31/1) kepada harian Le Figaro.
Operasi lintas perbatasan 12 hari Turki yang menyasar Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG), yang diancam Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan akan diperluas pekan lalu, mengakibatkan hubungan negara itu dengan sekutu NATO renggang.
Ankara menganggap YPG sebagai organisasi teror yang bersekutu dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang ada di Turki, namun Amerika Serikat mendukungnya sebagai sekutu sekuler penting dalam perang melawan kelompok ISIS.
Merespons pernyataan Macron, Perdana Menteri Turki Binaldi Yildirim mengatakan anggapan bahwa Ankara memiliki tujuan lebih luas di Suriah selain menumpas YPG dari perbatasan "sepenuhnya keliru."
"Seluruh dunia tahu, atau seharusnya tahu, bahwa Turki tidak terlibat dalam invasi," katanya kepada wartawan di Ankara, membandingkan operasi "Olive Branch" dengan operasi lintas perbatasan tujuh bulan Turki pada 2016/2017 yang menyasar milisi Kurdi dan ekstremis ISIS.
Macron mengatakan operasi Turki membutuhkan Eropa dan sekutunya untuk "berdiskusi dan mengambil keputusan" tanpa merinci apa yang dia maksud, demikian menurut siaran kantor berita AFP.(mr)
Pewarta: -
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018
Tags: