Kembar siam Salma-Sofia sukses jalani operasi pemisahan
31 Januari 2018 23:54 WIB
Arsip: Sika Jayanti memberi susu pada anaknya yang kembar siam dempet di dada dan perut, Nurul Anindia dan Rahma Anindia di Ruang Kembar Siam, IRNA anak RSU Dr Soetomo, Surabaya, Jawa Timur, (ANTARA FOTO/Suryanto)
Surabaya (ANTARA News) - Bayi kembar siam yang tengah dirawat di Rumah Sakit Umum Dr Soetomo Surabaya, Salma dan Sofia, Rabu sukses menjalani operasi darurat pemisahan yang berlangsung selama empat jam.
"Terdapat beberapa masalah saat proses operasi darurat pemisahan. Tim terlebih dahulu mencari liver yang ada di kedua bayi. Liver dari Salma ada di tempatnya dan bisa dideteksi. Saat Dicari lagi kandung empedu, kandung empedu ada," kata Ketua Tim Pembedahan kembar siam RSUD Dr Soetomo Surabaya, dr Poerwadi usai melakukan operasi.
Kemudian tim mencari liver Sofia. Liver Sofia ketutup bongkahan usus. Bongkahan itu baru bisa diurai dan dicari dan ketemu.
"Masalahnya setelah bongkahan usus diurai, ada kelainan lain yaitu kandung empedu sofia letaknya satu garis yang tidak semestinya. Livernya ada di bawah. Selain itu, usus 12 jari dari Sofia dan Salma menyatu," kata dia.
Dia menyebut operasi kali ini bukanlah operasi yang kecil. Itu dikarenakan bayi lahir, sudah mengalami risiko stres. Stres dari rahim ibu ke hidup sendiri.Lalu dari awalnya yang tidak perlu makan minum, kemudian hidup di luar dengan udara seperti ini.
"Bayi ini sakit. Bayi ini ketika lahir berat badannya berisiko dan harus dioperasi. Bayi ini risikonya R pangkat enam. Pangkat enam bisa dikurangi dengan profesionalisme, pengalaman, fasilitas serta doa. Kami bisa memecahkan dalam waktu empat jam," katanya.
Poerwadi mengatakan, risiko operasi sudah dilewati bayi tersebut. Namun risiko akan terjadi pada 24 jam pertama. Sebab, bayi masih dalam nafas bantuan sampai bayi mampu bernafas sendiri. Risiko yang paling ditakuti adalah bayi mengalami hipotermia.
"Risiko berikutnya adalah infeksi. Karena memotong usus dan juga omphalogennya seperti itu sangat berisiko. Mudah-mudahan bayi diberikan kesembuhan. Kita awasi ketat dari menit ke menit," tuturnya.
Masalah utama yang dihadapi tim dokter ialah saat penyambungan usus. Hal itu karena di dekatnya lambung, di usus 12 jari di situ tempatnya cairan keras seperti asam lambung, getah pangkreas dan empedu. pihaknya pun harus menjahit betul-betul benar agar tidak terjadi kebocoran.
Bayi Salma dan Sofia juga dibantu mesin nafas dan selalu dimonitor aliran darah sampai ke jaringan. Keadaan bayi Sofia yang paling dikhawatirkan karena sempat "drop".
Selain itu, dirinya mewaspadai bekas operasi pada dinding perut terbuka. Jika dipaksa, maka akan tekanan tinggi dan akan dilakukan tambal dengan bahan sintetis. Bahan itu harus dilapisi oleh kulit setelah itu dikelupas lalu ditarik ke tengah dan mana dipasang vakum yang makin lama akan makin mendekat.
"Kami mewaspadai adanya infeksi, karena menyambung usus. Kedua adalah kebocoran. Takut merasuk jaringan sekitarnya. Hiperlordosis tidak ada masalah. Anak akan menyesuaikan," ujarnya.
"Terdapat beberapa masalah saat proses operasi darurat pemisahan. Tim terlebih dahulu mencari liver yang ada di kedua bayi. Liver dari Salma ada di tempatnya dan bisa dideteksi. Saat Dicari lagi kandung empedu, kandung empedu ada," kata Ketua Tim Pembedahan kembar siam RSUD Dr Soetomo Surabaya, dr Poerwadi usai melakukan operasi.
Kemudian tim mencari liver Sofia. Liver Sofia ketutup bongkahan usus. Bongkahan itu baru bisa diurai dan dicari dan ketemu.
"Masalahnya setelah bongkahan usus diurai, ada kelainan lain yaitu kandung empedu sofia letaknya satu garis yang tidak semestinya. Livernya ada di bawah. Selain itu, usus 12 jari dari Sofia dan Salma menyatu," kata dia.
Dia menyebut operasi kali ini bukanlah operasi yang kecil. Itu dikarenakan bayi lahir, sudah mengalami risiko stres. Stres dari rahim ibu ke hidup sendiri.Lalu dari awalnya yang tidak perlu makan minum, kemudian hidup di luar dengan udara seperti ini.
"Bayi ini sakit. Bayi ini ketika lahir berat badannya berisiko dan harus dioperasi. Bayi ini risikonya R pangkat enam. Pangkat enam bisa dikurangi dengan profesionalisme, pengalaman, fasilitas serta doa. Kami bisa memecahkan dalam waktu empat jam," katanya.
Poerwadi mengatakan, risiko operasi sudah dilewati bayi tersebut. Namun risiko akan terjadi pada 24 jam pertama. Sebab, bayi masih dalam nafas bantuan sampai bayi mampu bernafas sendiri. Risiko yang paling ditakuti adalah bayi mengalami hipotermia.
"Risiko berikutnya adalah infeksi. Karena memotong usus dan juga omphalogennya seperti itu sangat berisiko. Mudah-mudahan bayi diberikan kesembuhan. Kita awasi ketat dari menit ke menit," tuturnya.
Masalah utama yang dihadapi tim dokter ialah saat penyambungan usus. Hal itu karena di dekatnya lambung, di usus 12 jari di situ tempatnya cairan keras seperti asam lambung, getah pangkreas dan empedu. pihaknya pun harus menjahit betul-betul benar agar tidak terjadi kebocoran.
Bayi Salma dan Sofia juga dibantu mesin nafas dan selalu dimonitor aliran darah sampai ke jaringan. Keadaan bayi Sofia yang paling dikhawatirkan karena sempat "drop".
Selain itu, dirinya mewaspadai bekas operasi pada dinding perut terbuka. Jika dipaksa, maka akan tekanan tinggi dan akan dilakukan tambal dengan bahan sintetis. Bahan itu harus dilapisi oleh kulit setelah itu dikelupas lalu ditarik ke tengah dan mana dipasang vakum yang makin lama akan makin mendekat.
"Kami mewaspadai adanya infeksi, karena menyambung usus. Kedua adalah kebocoran. Takut merasuk jaringan sekitarnya. Hiperlordosis tidak ada masalah. Anak akan menyesuaikan," ujarnya.
Pewarta: Indra Setiawan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018
Tags: