Jakarta (ANTARA News) - Visionet Data Internasional (VisioNet) anak usaha PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) mendorong pengembangan bisnis para pelaku UKM dan korporasi melalui layanan VidiaCloud berbasis Microsoft Azure Stack.

"Layanan VidiaCloud berjalan di atas infrastruktur HPE Integrated Systems yang dapat membantu bisnis UKM dan korporasi untuk bertransformasi dan berinovasi agar semakin dinamis dan lincah," kata Direktur Visionet Miko Yanuar, di Jakarta, Rabu.

Menurut Miko, VidiaCloud menyasar segmen public, private dan hybrid cloud melalui ragam solusi yang secara dinamis disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan seperti Infrastructure as a Service (IaaS), Backup as a Service (BaaS), Platform as a Service (PaaS), dan Disaster Recovery as a Service (DRaaS).

Ia menjelaskan, VidiaCloud berbasis Microsoft Azure Stack dan berjalan di atas infrastruktur HPE Integrated Systems merupakan yang pertama di Indonesia.

"Kami memahami bahwa masih banyak pelaku usaha yang belum yakin untuk memanfaatkan cloud computing. Dengan solusi Microsoft Azure Stack diharapkan VidiaCloud bisa meniadakan semua risiko tersebut," ujarnya.

Ia menambahkan, tidak semua perusahaan mau berinvestasi besar untuk bisnis inkubasi.

Namun, dengan pendekatan cloud --pay as you use, pelanggan bisa berlangganan yang dibutuhkan dan membayar hanya yang digunakan saja, sehingga investasi di awal bisa rendah sekali dan kebutuhan compute resource (core, memory, storage) bisa ditingkatkan dengan cepat untuk menjawab kebutuhan pasar.

"Pelanggan bisa langsung menggunakan layanan cloud tanpa perlu dipusingkan pengelolaan perangkat keras, perangkat jaringan, perangkat keamanan, interkoneksi dan bahkan sampai dengan pengelolaan layanan cloud itu sendiri, sehingga pelanggan bisa makin fokus pada pengembangan bisnis utamanya dan pertumbuhan bisnis ke depan," ujar Miko.

Untuk menjamin kualitas layanan, VisioNet menempatkan VidiaCloud mengacu pada standar internasional Green Building, ISO 9001 Quality Management System, ISO 27001 Information Security Management System, TVRA (Threat, Vulnerability & Risk Assessment) serta PCI DSS (Payment Card Industry Data Security Standard), dan lolos audit data center dari Bank Indonesia (mengacu PBI No.9/15/PBI/2007) dan Otoritas Jasa Keuangan (POJK No.38/POJK.03/2016).

"Perusahaan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan infrastruktur TI berbasis opex (operating expense) dalam waktu kurang dari 7 hari atau bahkan dalam hitungan jam, mulai dari yang paling mendasar seperti kebutuhan akan compute resource (core, memory, storage) secara virtual, hingga yang paling advance yaitu pemenuhan kebutuhan TI berbasis aplikasi," ujar Miko.

Sementara itu, Presiden Direktur VisioNet Paulinus Soegondo, mengatakan permasalahan utama yang muncul dalam mengadopsi layanan cloud adalah kekuatiran dalam hal keamanan data, pengawasan, dan data sovereignty (kedaulatan data).

"Kami memahami bahwa masih banyak pelaku usaha yang belum yakin untuk memanfaatkan cloud computing. Untuk itu kami mempercayakan solusi Microsoft Azure Stack dengan infrastruktur HPE Integrated Systems untuk VidiaCloud sehingga bisa meniadakan semua risiko tersebut," ujar Paulus.