Beijing (ANTARA News) - Ratusan pengamat langit diperkirakan berkumpul di planetarium Beijing pada senja, Rabu, untuk menyaksikan gerhana langka tiga gejala bulan, yang tidak terlihat sejak dinasti Qing berakhir lebih dari 150 tahun lalu.

Langit diperkirakan cerah untuk ibu kota China, di antara sejumlah tempat di negara tersebut dan di negara Pasifik, yang akan menyaksikan gerhana bulan penuh.

Gerhana akan terjadi bersamaan dengan bulan biru -atau bulan purnama kedua dalam satu bulan kalender- dan bulan besar, saat bulan berada di atau dekat, yang paling dekat dengan Bumi.

Bulan akan mulai memasuki bagian gelap bayangan bumi, atau umbra, pada 19.48 waktu China, dengan gerhana penuh diperkirakan pada 20.51 waktu China.

Bulan akan benar-benar muncul dari bayangan bumi pada 23.12 waktu China.

Seluruh bagian akan memakan waktu lebih dari tiga jam, saat bulan akan berubah menjadi warna merah tembaga saat sinar matahari yang menembus atmosfer bumi memantul dari permukaannya.

Pengamat langit di seluruh wilayah barat Amerika Utara akan dapat melihatnya sebelum fajar pada Rabu, dengan ratusan diperkirakan akan melihat fenomena ini dari puncak gunung Los Angeles.

Gerhana langka juga diperkirakan akan terlihat di bagian lain Asia, termasuk Australia, Jepang dan Asia Tenggara.

Di Planetarium Beijing, sekitar 800 orang diperkirakan mengamati kejadian di atas cakrawala timur.

"Lunar trifecta" (tiga gejala bulan berurutan), seperti yang dijelaskan oleh NASA, terakhir terjadi di belahan Bumi barat pada 31 Maret 1866, ketika kubah kedua gedung Capitol Amerika Serikat baru saja selesai dan HG Wells, penulis "The Time Machine", lahir.

Lebih jauh ke selatan, Museum Antariksa Hong Kong telah menyelenggarakan "Malam Gerhana Bulan Total", meskipun pengamat langit kemungkinan kecewa karena cuaca mendung.

Di Shanghai, kabut dan asap diperkirakan mengaburkan penampakan bulan.

(Uu.KR-DVI/B002)