Jakarta (ANTARA News) - Kepala Ahli Ekonomi Bank Danamon, Anton Hendranata, menilai ekonomi Indonesia tidak akan terpengaruh kondisi politik pada tahun politik ini dan tahun depan, karena keduanya akan berjalan sendiri-sendiri.

"Hipotesa saya, ekonomi jalan sendiri, politik jalan sendiri. Artinya dikapling. Orang partai pasti juga tidak mau hancur-hancuran khan ekonominya," ujar dia, saat diskusi dengan awak media di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, pemerintah justru harus fokus menjaga momentum perbaikan ekonomi yang mulai meningkat pada triwulan III-2017 lalu dan dapat berlanjut pada 2018.

"Mudah-mudahan momentum ini tetap terjaga. Triwulan IV saya prediksi kurang lebih sama dengan triwulan II, di 2018 naik lagi meskipun tensi politik naik," kata dia.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri sejak 2014 berkutat di kisaran lima persen. Pada 2014 ekonomi tumbuh 5,01 persen, lalu turun pada 2015 menjadi 4,88 persen dan meningkat kembali menjadi 5,02 persen pada 2016.

Sementara itu, pada triwulan I dan II 2017 pertumbuhan ekonomi tumbuh 5,01 persen, lalu sedikit meningkat pada triwulan III menjadi 5,06 persen. Dia memprediksi pertumbuhan ekonomi sepanjang 2017 akan mencapai 5,04 persen.

Sedangkan pada 2018, dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan mencapai 5,27 persen, sedikit lebih rendah dibandingkan target dalam APBN 2018 5,4 persen.

"Pilkada 2018, Pileg dan Pilpres 2019, Asian Games, dan pertemuan IMF-World Bank akan membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi lebih baik dibanding tahun lalu," ujar dia.

Untuk nilai tukar, Hendranata memprediksi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan mencapai Rp13.575 per dolar AS, lebih melemah dibandingkan asumsi dalam APBN 2018 Rp13.400 per dolar AS. Sementara itu, untuk inflasi, ia juga memprediksi inflasi mencapai 3,64 persen lebih tinggi dibandingkan asumsi APBN 3,5 persen.

"Inflasi tetap akan terkendali, dengan catatan administered prices tidak naik," kata dia.

Selain itu, suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI 7-day Reverse Repo Rate akan tetap di level 4,25 persen hingga akhir tahun. Namun, pemerintah juga perlu mewaspadai apabila suku bunga acuan Bank Sentral AS The Fed atau Fed Fund Rate naik dan The Fed mengurangi asetnya secara agresif.